Oleh : Hajj Ahmad Thomson

Mereka yang merayakan maulid, melaksanakannya dengan memohon kepada Allah untuk melimpahkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad sallallahu ‘alayhi wassalam. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran:

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا ٥٦ إِنَّ ٱلَّذِينَ يُؤۡذُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمۡ عَذَابٗا مُّهِينٗا ٥٧ وَٱلَّذِينَ يُؤۡذُونَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ بِغَيۡرِ مَا ٱكۡتَسَبُواْ فَقَدِ ٱحۡتَمَلُواْ بُهۡتَٰنٗا وَإِثۡمٗا مُّبِينٗا ٥٨
Artinya :
56. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
57. Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.
58. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.
[Surat Al Ahzab, 33 ayat 56-58]

Mereka yang terbaik di antara yang memohon salam dan shalawat Allah atas Nabi Muhammad, sallallahu ‘alayhi wassalam, yaitu mereka yang melaksanakannya bukan sekadar karena mentaati perintah Allah Ta’ala melainkan karena cinta yang tidak bisa diukur.

Anas berkata, bahwa seorang pria mendatangi Nabi dan bertanya, “Kapankah Kiamat tiba, Ya Rasulallah?” Baginda menjawab, “Apa yang telah engkau siapkan untuk menghadapinya?” Pria itu menjawab, “Saya tidak menyiapkan banyak shalat atau shaum atau sedekah untuk itu, melainkan aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Nabi bersabda, “Engkau akan bersama dengan dia yang engkau cintai.”
[Hadis Al-Bukhari] (dikutip dari Ash-Shifa karya Qadi ‘Iyad: 2.2.2).

Salah satu yang terbaik dari yang terbaik yang memohon salam dan shalawat Allah Ta’ala atas Nabi Muhammad, sallallahu ‘alayhi wassalam, ialah Shaykh Muhammad ibn Al-Habib, semoga Allah meridhainya, yang menulis Qasidah Syamail – Kesyumulan Muhammad.

Menjadi jelaslah bahwa selain memohon Allah memberikan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad, sallallahu ‘alayhi wassalam, mereka yang bijak pun memohon agar Nabi Muhammad, sallallahu ‘alayhi wassalam, memberikan syafa’at kepada mereka.

Abu Humayd berkata, Abu Jafar, Amir al-Mukminin berselisih dengan Malik di Masjid Nabawi. Malik berkata kepadanya, “Amir al-Mukminin, jangan berteriak di masjid ini.” Allah mengajarkan khalayak bagaimana berperilaku dengan berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi…” [Surat Al Hujurat, 49 ayat 2]. Allah memuji mereka dengan berfirman, “Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah…” [Surat Al Hujurat, 49 ayat 3]. Allah mencela khalayak, dengan berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu…” [Surat Al Hujurat, 49 ayat 4].

Penghormatan kepadanya ketika beliau telah wafat itu sama dengan penghormatan kepadanya saat beliau masih hidup. Abu Jafar kemudian menjadi sadar diri karena perkataan itu. Ia bertanya kepada Malik, “Abu Abdullah apakah engkau menghadap kiblat saat engkau berdoa ataukah engkau menghadap kepada Rasulallah?” Ia menjawab, “Mengapa engkau harus memalingkan wajahmu dari beliau jika beliau adalah wasilahmu dan wasilahnya ayahmu, Adam, kepada Allah di Hari Kebangkitan? Saya menghadap kepadanya dan memintanya untuk memberi syafa’at dan Allah akan mengabulkan syafa’atnya.”
Allah berfirman, “Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka.”
[Surat An Nisa, 4 ayat 64] (dikutip dari Ash-Shifa karya Qadi Iyad: 2.3.3)

Jika seseorang bertanya kepadamu, Apakah diizinkan atau perlu merayakan maulid Nabi Muhammad, sallallahu ‘alayhi wassalam, tanyakan kembali pada mereka, Apakah diizinkan atau perlu untuk bernafas? dan beritahu mereka, dalam hadist dari Anas, Nabi sallallahu ‘alayhi wassalam bersabda, “Siapa saja yang mencintaiku akan bersamaku di Taman (Surga).”