ۚ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ ٢٨٥
285. dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”
Daras Sayyidina Shyakh Abdalqadir as-Sufi di Tucson (Arizona, Amerika Serikat) Mei, 1978.
Bismillah ar-Rahman ar-Rahim
Saya bersaksi mengaku bahwa tidak ada tuhan selain Allah, tidak ada tuhan selain Yang Ahad Pencipta Semesta, dan Muhammad, salla’llahu ‘alayhi wa sallam, adalah Rasul Allah, dengan kata lain mengaku bahwa Sayyiduna Muhammad yang tercinta telah datang dengan pesan paripurna Islam, dengan sainsnya Islam, dengan ilmunya Islam, berupa cahaya yang terus menerangi dunia selama 1.400 tahun. Cahaya Islam adalah cahaya Al Quran, cahaya Al Quran adalah cahaya Muhammad, salla’llahu ‘alayhi wa sallam. Orang-orang yang mengikuti Sayyiduna Muhammad, salla’llahu ‘alayhi wa sallam adalah mereka yang bercahaya karena hikmah dan keindahan yang muncul dari pengajaran Al Quran al-Karim, Al Quran Maha Pemurah, Al Quran Mulia.
Selama 1400 tahun, dimanapun Islam tegak, Islam menyapu bersih kebodohan, Islam menyapu bersih kekejaman dan penindasan, dan Islam membawa kehidupan kepada masyarakat, dan kehidupan itu demikian manisnya dan memiliki keharuman sedemikian rupa dan debu-debu kewangiannya terus mempesona khalayak masyarakat tak beradab masa kini sehingga mereka menempatkannya di dalam museum-museum dan mereka berjalan berkeliling penuh kekaguman menatap artefak-artefak peradaban-peradaban Islam itu, memperhatikan sesuatu yang tidak mereka miliki dalam kehidupannya. Namun itu adalah debu-debu pengajaran Islam. Islam senantiasa tumbuh berkembang dimana masyarakatnya beruntuhan terlalu penuh sesak, menjadi dekaden, menjadi lemah, menjadi sentimental, menjadi terlalu terdidik tanpa hikmah. Khalayak yang terlalu banyak tahu, khalayak yang tahu segala sesuatu, kejahilan ini disapu bersih ketika cahaya Islam hadir.
(bersambung…)