Proyek Islam itu tidak terlihat karena itulah mengapa semua musuh-musuh Islam gagal memahami apa yang sedang terjadi di Iran, gagal paham apa yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan di Indonesia dan di anak benua India. Mengapa mereka gagal paham? Karena itu tidak terlihat. Hakikat Islam ada di dalam kalbu dan hakikat ini demikian hebatnya sehingga tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang setara untuk ditukar dengannya.
Sebuah pernyataan terkenal yang disampaikan kepada Lord Cromer (Evelyn Baring, konsul jenderal administrator kolonial Inggris di Mesir penguasa de facto pemerintah dan keuangan saat itu) ketika dia berkata, Kita harus menghentikan Muslim di Mesir tahun 1890-an. Mereka menjawab -di awal abad 19 itu- “Apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi satu kaum yang jika mereka melihat moncong-moncong meriam yang tampak adalah Taman-Taman Surga?” Orang-orang yang melihat Taman-Taman Jannah. Orang-orang yang sama sekali tidak menatap dunia yang terlihat ini.
Islam tidak pernah melakukan tawar-menawar dengan kejahilan. Tidak ada negosiasinya dengan masyarakat dekaden. Seseorang harus menembusi dekadensi dan menegakkan apa? Iqama as-Salat. Menegakkan ibadah kepada Allah, menegakkan sujud di hadapan Hakikat Ilahi. Islam adalah kesadaran fitrah – deen, itulah namanya menurut bahasa Arab. Deen al-Haqq, transaksi kehidupan dengan Yang Hak. Apakah transaksi kehidupan dengan Yang Hak itu? Itu adalah berdiri di hadapan Hakikat dan mengenal bahwa engkau ada di dalam waktu, bahwa engkau bergantung, dan bahwa Yang Hak itu di luar waktu, sebelum ada waktu, dan sesudah waktu tidak ada, dan waktu, dan tidak bergantung pada apapun, dan di hadapan kedahsyatan Hakikat Ilahi dimana engkau hanyalah setitik amat sangat kecil tidak terhingga, sekedipan mata lebih cepat dari sekedipan mata, hidupmu demikian amat sangat kecilnya dalam hakikat jagat raya ini.
Di hadapan kesadaran seperti ini dan hakikat kelemahan diri fisik/fisiologis/biologis, di hadapan Keagungan Yang Maha Hak, berdiri di hadapan, ruku di hadapan, dan akhirnya bersujud sepenuhnya meletakkan kepalamu di tanah di hadapan-Nya. Itulah Islam. Tamat! Dan Hakikat ini membawa kesadaran. Kesadaran apakah yang dibawa serta? Kesadaran bahwa dunia ini berlalu dan menghilang dan meninggalkan kita. Apa yang selanjutnya adalah kematian yang menjelang ke arah kita, mendatangi dan semakin mendekat. Tak ada satu momen pun dimana momen itu lebih dekat daripada momen sebelumnya. Karena itu, satu-satunya cara hidup waras adalah sebuah cara hidup yang selaras dengan pengenalan atas kepastian biologis yang akan terjadi. Pada semua masyarakat lahiriah yaitu masyarakat edan masa kini ini, dan dari seluruh ke-edanannya belum pernah ada satu pun yang seperti budaya dominan masa kini ini, belum pernah ada ketidak-acuhan pada kepastian biologisnya, kematian. Tidak pernah ada.
Lihat implikasinya. Hasil dari pengenalanmu atas hal ini pada dirimu sendiri membawamu pada tujuan-tujuan yang berbeda. Engkau tidak bisa memiliki tujuan bermasyarakat yang sama. Kalian tidak bisa mengarah pada tujuan yang sama karena kalian itu tidak kekal atau kalian tidak bisa menciptakan kekekalan. Kalian tidak akan bisa membangun sebuah tata kemasyarakatan yang adil, dan damai serta harmonis di seluruh negeri. Ini retorika, ini puisi, ini fantasi. Segala sesuatu diciptakan berpasangan dengan lawannya. Jika kalian ingin mengangkat sesuatu kalian harus merunduk agar sesuatu itu bisa diangkat. Tanpa lawannya, sesuatu itu tidak akan terjadi.
Bagaimana mungkin mereka memahami tentang jatuhnya Shah? (Shah Iran terakhir terguling dari tahtanya 11 Februari 1979 setelah Revolusi Iran) Karena mereka meyakini bahwa sosok yang duduk di singgasana berbentuk burung merak itu nyata. Mereka harus yakin bahwa itu nyata karena mereka yakin bahwa berbagai proyek kekanak-kanakan mereka itupun nyata semua. Tapi apakah proyek nyata Sidi Ayatollah Khomeini, rahimahullahu? Proyeknya adalah untuk bersujud kepada Allah. Foto pertama yang dilihat dunia adalah foto-foto seseorang yang sujud kepalanya menyentuh tanah sungguh-sungguh tak berdaya. Orang-orang mendatanginya dan bertanya, Dimanakah pemerintahannya? Dimana ini? Dimana itu? Ia tidak punya apa-apa. Ia menjawab, Saya tidak punya apa-apa Allah! Ia merendah ke bawah sejauh mungkin tanpa harus masuk ke dalam bumi dan Shah-nya tidak bisa lagi naik mendaki lebih tinggi tanpa harus lenyap dari bumi. Dan kini ia jadi tidak waras. Ia sakit jiwa, gila. Namun bukankah selama ini dia senantiasa tidak waras. Karena itu menentang fitrah, menentang kehidupan, dan kalian tidak bisa terus menentang kehidupan fitrah.
Inilah sebuah masyarakat dimana hasil kecerdasan tertingginya adalah opini. Dan apakah opini itu selain indoktrinasi dan pemrograman informasi massa yang paling banal. Kemana pun kalian pergi di USA, orang-orang akan berkata padamu seakan-akan mereka memperoleh suatu iluminasi rohani hebat berupa opini-opini yang diproduksi massal, bukan hanya sebanyak ratus ribu, namun berjuta-juta banyaknya. Mereka berkata, Ya, tentu saja, saya menentang agama yang dilembagakan. Akhirnya saya mencapai putusan teguh ini bahwa agama itu palsu dan merintangi orang-orang. Atau seluruh dialektika tentang kebebasan wanita yang dibangun seluruhnya, bukan untuk membebaskan wanita, melainkan untuk menempatkan wanita ke dalam mekanisme industrial yang tanpanya, mekanisme industrial itu tidak akan bisa mencapai tahapan berikutnya dari perkembangan teknisnya yang tak terhindarkan. Dan seluruh retorika yang diucapkan itu tidak bermakna apapun karena sederhananya itu hanyalah mengeluarkan wanita dari perbudakan ini dan memasukkan mereka ke perbudakan itu. Perbudakan yang sama yang telah melilit para pria selama lima puluh tahun terakhir.
Proyek kita tidak sama, Islam itu menimbulkan disrupsi. Islam itu kedamaian di antara Muslimin, namun ia memerangi kejahilan. Kini masyarakat Amerika telah runtuh. Ia sudah runtuh. Ia sudah selesai. Ia didasarkan pada demokrasi dan demokrasi terbukti sudah habis. Dapat kita lihat pada statistik terkini sejak tahun 1960-an: tiap Presiden dipilih hanya oleh rata-rata dua puluh hingga tiga puluh persen populasi pemilih. Jadi demokrasinya bukanlah demokrasi. Dan terus saja fantasi mengerikan ini dipaksakan kepada orang-orang yang tidak berhubungan dengannya, yang tidak peduli padanya. Iran sudah menolaknya. Pakistan sudah menolaknya. Di Turki sudah gagal. Demokrasi politik sebagai sebentuk kehidupan yang kukuh telah gagal di Turki setelah sebuah usaha pemaksaannya atas masyarakat Turki melalui gerakan Masonis yang dipicu oleh elite perbankan barat yang telah menguasai negeri ini sebagai negeri jajahan sejak 1890-an. Ini (Amerika) adalah sebuah negeri terjajah. Ini bukanlah Amerika yang bisa dikenali dari berbagai hal. Ini adalah negeri jajahan seperti terjajahnya negeri Palestina dan Tepi Timur (sindiran untuk Israel, dari left bank lawan kata west bank yang dikuasai Palestina). Itu juga daerah jajahan oleh orang-orang yang sama dikendalikannya, dikuasainya, diatur oleh media karenanya. Maka kalian tidak akan memperoleh sebuah gambaran dunia dari dalam dialektika yang diajarkan padamu lewat pendidikanmu dan media massa yang dikendalikan penguasanya yang sudah memanipulasi penduduk asli USA.
Inilah (yang disampaikan dalam daras ini oleh Shaykh Abdalqadir as-Sufi) sudut pandang Muslim yang diperoleh dari berbagai bukti yang terjadi di Timur Tengah selama dua puluh lima tahun terakhir dimana segala sesuatu yang sebelumnya dianggap sebagai sebuah fantasi paranoid mereka yang berpikir bahwa itu tak akan terjadi, terbukti sebagai sebuah realitas kesejarahan melalui kemenangan zionis menguasai pemerintahan Amerika dan terampasnya tanah-tanah rakyat Palestina. Hanya saja isu rakyat Palestina selalu hanya terfokus pada perjuangan orang-orang yang tidak berdosa yang tidak berdaya dan bukan tentang sebuah transaksi kehidupan yang sesungguhnya yang terbentang melampaui pendudukan Rusia oleh Amerika. Perebutan kekuasaan di Rusia yang melibatkan Amerika adalah sebuah perebutan tentang siapa yang harus memimpin negeri yang amat besar itu. Transaksi kehidupannya terbentang lebih dari itu. Ia terbentang melampauinya hingga mencapai apa yang selalu menjadi ketegangan dalam umat manusia dan dalam masyarakat manusia pada berbagai tahapannya dan berbagai tingkatnya, terwujud melalui berbagai konflik dan berbagai budaya dan berbagai perubahan budaya pada berbagai waktu dalam masyarakat. Yaitu, bahwa manusia itu mampu memahami pesan-pesan para Nabi atau mereka itu mampu menolak para Nabi, karena bersesuaian dengan pengajaran di dalam Al Quran bahwa tidak ada sekelompok pun manusia yang tidak memperoleh wahyu Ilahi langsung tentang bagaimana caranya untuk berlaku dalam kehidupan, namun mereka telah menolak para Nabi sebagaimana kaum Yahudi menolak Musa dan telah diubah menjadi babi dan orang-orang Kristen menolak Yesus dan menjadikannya sebagai sebuah sekte mistik Yunani, dan semua itu terjadi saat Sayyiduna Muhammad, salla’llahu ‘alayhi was sallam, hadir dan Baginda mengembalikan orang-orang kepada apa yang disebut Baginda sebagai Deen al-Haqq.
Apakah Deen al-Haqq? Apa Transaksi kehidupan Hakiki? Bahwa kalian makhluk ciptaan, kalian akan mati. Dan satu-satunya sarana kepada kedamaian bagimu adalah dengan memiliki kesadaran batini atas dilema kehidupanmu yang senantiasa menjadi sebuah dilema bagimu selama engkau tidak memahami situasimu. Begitu kalian memahaminya, kalian menyadari kelemahanmu, kalian menyadari kalian miskin. Kalian menyerah. Kalian berserah diri. Islam adalah penyerahan. Kalian menyerahkan ide bahwa kalian mampu memahat suatu kenyataan otobiografi menjulang yang akan kekal ketika kalian mengerti bahwa kalian adalah makhluk fana. Kalian sedang memunah. Kalian hadir dari ketiadaan dan kalian menuju ketiadaan. Kalian adalah sebuah imajinasi dalam sebuah imajinasi dalam sebuah imajinasi. Segala sesuatu binasa difirmankan dalam Al Quran kecuali Wajah Allah (Surat Ar Rahmaan ayat 56-57). Dan Ia Kekal. Tidak berakhir. Terus menerus. Rabb Yang Memiliki Kebesaran dan Kekuasaan (Dzul Jalali Wal Ikram). Inilah hakikat kehidupan. Sedangkan rahasia partikel terkecil kehidupan adalah rahasia keseluruhannya. Dan rahasia ini ada di dalam hati insan manusia. Dan ilmu dari rahasia inilah yang menyinari masyarakat Muslim.
(bersambung…)