Kutbah Kedua
۞فَخَلَفَ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ خَلۡفٌ أَضَاعُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَٱتَّبَعُواْ ٱلشَّهَوَٰتِۖ فَسَوۡفَ يَلۡقَوۡنَ غَيًّا ٥٩ إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا فَأُوْلَٰٓئِكَ يَدۡخُلُونَ ٱلۡجَنَّةَ وَلَا يُظۡلَمُونَ شَيۡٔٗا ٦٠
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan; Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk taman surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.”
(QS. Maryam 9: ayat 59-60)
Kita telah membahas perihal individu Muslimin, tidak ada keraguan bahwa apa yang berlaku pada para individu juga berlaku atas masyarakatnya sebagai sebuah kesatuan. Sebagaimana Islam mentransformasi setiap sisi kehidupan seorang individu Muslim, maka demikian pula terjadi pada kehidupan masyarakatnya secara umum. Jika terjadi suatu pertumbuhan sejati Islam maka hal itu juga akan berlangsung. Apa makna darinya ialah bahwa masyarakat kafir, dimana pertumbuhan sejati itu berlangsung, akan bersikap menerima dan mengadopsi Islam atau, dan ini yang lebih mungkin, menolaknya secara keras dan mencoba memuntahkannya. Jika dua kondisi ini tidak terjadi maka artinya ialah apa yang sedang ditawarkan bukanlah ekspresi sejati Islam, atau setidaknya Islam yang sedang mundur.
Ini secara khusus relevan dalam kondisi komunitas-komunitas Muslim di Eropa, yang kebanyakan telah teguh hadir di Eropa selama lebih dari tiga puluh tahunan atau lebih, namun dengan memalukan belum lagi berpengaruh di negeri-negeri tuan rumahnya. Kita harus memperhatikan peringatan bermanfaat dari apa yang terjadi pada kaum Muslimin minoritas di Australia dan Amerika Selatan yang hilang tanpa bekas (kutbah ini disampaikan 20 tahun lalu; kini misalnya di Meksiko dan Kuba telah kembali hadir kaum Muslimin warga penduduk asli setempat berkat berbagai usaha dakwah, Alhamdulillah wa shukrulillah). Sebagaimana dengan para individu, jika Muslimin tidak bertambah meluas secara dinamis, maka tidak terhindarkan bahwa mereka sedang dalam proses tersapu. Tidak ada pilihan ketiga. Pada saat sang khalifah Utsmani menyetujui perbatasan antara kekhalifahannya dengan kerajaan Austria, maka takdirnya tersegel dan keruntuhan menimpa dirinya sendiri. Dar al-Islam tidak memiliki garis-garis perbatasan yang statis. Kita harus terus berusaha untuk menambah jumlah kita dan memperluas pengaruh Islam pada masyarakat kita, atau kita akan menderita ketentuan yang sama seperti mereka yang telah gagal di masa lalu.
Para individu yang disebut sebelumnya, yaitu mereka yang menjadikan Islam keyakinan batin tanpa ekspresi lahiriah atau yang berpendapat bahwa Islam itu urusan lahiriah tanpa transformasi batinnya, juga mewujudkan diri mereka dalam kondisi kemasyarakatannya. Persamaan pada komunitas bagi para individu yang ber-Islam secara batiniah tanpa transformasi lahirnya pertama-tama adalah para sufi palsu yang secara terbuka menyesatkan para pengikutnya dengan mengajak pada mungkinnya bertarekat tanpa harus bersyari’at, berdusta bahwa mungkin saja memperoleh makrifat pada Allah tanpa mengikuti suri tauladan Rasul Allah, salla’llahu ‘alayhi wa sallam. Bahkan mungkin lebih penting, juga berlaku kepada para Shaykh, yang tampaknya mengikuti Syari’at, namun mengijinkan dan mendorong para pengikutnya berpuas hidup dalam sebuah lingkungan kafir tanpa niat sedikitpun mengusahakan agar din-nya dapat ditegakkan secara kafah. Mereka itu, secara jangka panjang, mewakili bahaya terbesar kepada Islam karena telah menerima apa yang tidak bisa diterima, mereka membahayakan seluruh tubuh Islam.
Para pemaksa lahiriah dapat ditemukan kesamaan masyarakatnya pada rezim-rezim Islami yang memaksakan sebuah pemahaman syari’at menyimpang berupa masyarakat kaku, bengis pada sebagian besar penduduk yang daga dan tidak siap. Ada berbagai contoh ketidakadilan, kemunafikan dan penyelewengan yang ditimbulkan sebagai akibat kebijakan tersebut. Berbagai kasino/rumah judi dan layanan wanita tunasusila di setiap ibukota negara-negara di Eropa sayangnya dipenuhi contoh-contoh menjijikkan penyimpangan dari para pelakunya di satu sisi lengan timbangannya, dan pemiskinan sosial dan gejolak ketidakpuasan yang tampak jelas di lokasi-lokasi pemukiman miskin pada kota-kota negeri rezim tersebut adalah bukti nyata ketidakadilan yang lazim di sisi lengan satunya, dimana seluruh bangunan sosialnya ditopang melalui hubungan intim dengan sistem keuangan riba dunia.
Tidak! Islam Sahih, Islam yang dibawa kepada kita oleh Rasul Allah, salla’llahu ‘alayhi wa sallam, hanya dapat didirikan kembali melalui jalan yang sama ia ditegakkan oleh Baginda dan para Sahabatnya, radiya’llahu ‘anhum, awalnya di Mekkah dan selanjutnya di Madinah al-Munawwara. Mereka itu khalayak yang mengenal Allah dan Rasul-Nya, yang dengan penuh semangat menggenggam bimbingan yang diberikan kepada mereka, membersihkan dan mentransformasikan diri mereka melaluinya dan kemudian, seperti virus jinak, menginfeksi orang lain dengan itu, mendedikasikan hidup dan daya upaya mereka untuk melaksanakan suatu perjuangan tiada henti dan sukses untuk melihat din Allah diterapkan di antara mereka dan secara tegas tegak di permukaan bumi. Inilah yang dikehendaki Allah kepada mereka dan begitu juga yang dikehendaki atas diri kita jika kita berhasrat menggapai hasil yang sama. Tidak ada perubahan pada sunnah Allah.
Saya memohon kepada Allah untuk menghidupkan kalbu-kalbu kita dan memenuhinya dengan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya sehingga, seperti para Sahabat dan semua yang telah mengikuti jejak-jejak langkah mereka, kehidupan kita dapat ditransformasi dan selanjutnya kita mampu mentransformasi masyarakat kita dengan melaksanakan din Allah dan mengajak orang banyak kepadanya. Dan seluruh hidayah dan keberhasilan berasal dari Allah dan karena Allah.
Sumber: http://leedsmuslim.blogspot.com/2013/03/the-transformative-nature-of-islam-by.html
Diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia oleh Muqadim Malik Abdalhaqq Hermanadi.