Qabd berarti Penyempitan. Shaykh Al-Akbar berkata tentangnya: “Ini ialah keadaan takut. Inilah saatnya (Waqt).” Disebut sebagai tibanya warid dalam hati. Ia menuntut gelagat berupa teguran dan disiplin. Dikatakan: “Saatnya warid mencela.” Qabd ialah keadaan takut. Sebagaimana khawf adalah pengalaman si pemula di Jalan, kini si pencari telah memperdalam pemahamannya atas proses kehidupan. Ketakutan ditimbulkan oleh perjumpaan dengan dunia, dan segala kekejamannya, yang seakan asing bagi diri. Kini setelah si faqir menyadari bahwa dunia dihadapannya layaknya sekeping cermin dan apa yang muncul darinya berasal dari hatinya maka ketakutannya bukanlah pada bagaimana Allah akan berhubungan dengannya melalui KeMaha Kuasaan Allah dalam ciptaan, tetapi dengan qabd, si pencari mengalami penyempitan batiniah dan itu bisa saja atau sama sekali tidak terkait dengan apa-apa yang ada di luar.
Qabd adalah makna. Ia adalah sisa-sisa harapan yang telah terbakar habis menguap. Seluruh qabd, sebagai pengalaman, ialah penghayatan langsung atas kematian. Azreal (Izrail, peny.) pencabut nyawa, tentunya ialah malaikat. Para malaikat itu nur. Sehingga dapat dikatakan bahwa qabd adalah satu kealpaan dan melemahnya keyakinan. Oleh karenanya Shaykh Al-Akbar mengingatkan bahwa ia memerlukan teguran dan disiplin.
Qabd kadang diklaim karena ketidakmampuan si pencari untuk merasakan cahaya, tetapi sebenarnya ada alasan untuk hal ini, yaitu karena dia masih tetap berada dalam berbagai pertentangan dan belum berhasil melihat Rabb Yang Ahad pada apa yang telah dikaruniakan baginya dari Rabbnya. Shaykh Ibnu Atha’illah berkata pada Hikamnya: “Ia melapangkanmu supaya kamu tidak sibuk dalam kesempitan dan menyempitkanmu supaya engkau tidak berterusan dalam kelapangan, dan Ia mencabutmu dari keduanya supaya engkau tidak menjadi bagian yang terpisah dari-Nya.”