Keberkahan dan rahmat Allah Ta’ala akan mendatangi orang yang gemar menghubungkan silaturahim. Sebaliknya, keburukan dan azab dari Allah Ta’ala akan menghampiri orang yang memutuskan hubungan silaturahim.

Dari sahabat Abu Bakr ra. bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا – مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ – مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ

“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya di dunia (berikut dosa yang disimpan untuknya di akhirat) daripada perbuatan yang melampaui batas (kezaliman) dan memutuskan silaturahim.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ pun bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ

“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan (persaudaraan).” (HR Al-Bukhari dan Muslim dari Jubair bin Muth’im ra.)

Keburukan yang ditimbulkan dari memutuskan silaturahim, pada kenyataannya, bukan hanya menimpa pelakunya, tetapi akan pula dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya.

Bagaimana tidak, memutuskan silaturahim akan melepaskan ikatan persaudaraan, menimbulkan permusuhan dan kebencian, dan merusak hubungan kekeluargaan. Bahkan, memutuskan silaturahim termasuk sebab yang akan mendatangkan laknat, menjadikan ketulian dan kebutaan hati (QS. Muhammad, 47:22-23).

… Maka, Ali bin Al-Husain ra. sampai memberi nasihat khusus kepada putranya, “Wahai anakku, janganlah engkau berteman dengan orang yang memutuskan tali persaudaraan. Sungguh, aku mendapatinya dia dilaknat dalam kitab Allah pada tiga tempat.”

Dikisahkan pula bahwa Abu Hurairah ra. duduk bersama orang-orang dan bercerita tentang Rasulullah ﷺ. Di tengah pembicaraan, dia berkata, “Sungguh memalukan jika ada orang yang memutuskan persaudaraan. Jika ada, berdiri dan pergilah!”

Tidak ada seorang pun yang berdiri di antara mereka kecuali seorang pemuda. Dia berdiri dan segera meninggalkan majelis. Pemuda ini pergi menemui bibinya yang telah lama dia abaikan karena jengkel kepadanya. Pada hari itu juga dia berdamai dan meminta maaf kepada sang bibi.

Bibinya ini lalu berkata, “Apa yang membuatmu datang ke sini, wahai keponakanku?”

Dia menjawab, “Aku duduk bersama Abu Hurairah, sahabat Rasulullah ﷺ dan beliau berkata, ‘Sungguh memalukan jika ada orang yang memutuskan persaudaraan. Jika ada, berdiri dan pergilah!’

Wanita ini lalu berkata, “Kembalilah kepada Abu Hurairah dan tanyakan mengapa orang yang memutuskan silaturahim harus berdiri dan pergi meninggalkan majelisnya?”

Dia pun kembali menemui Abu Hurairah dan menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan bibinya, lalu bertanya, “Mengapa orang yang memutuskan tali persaudaraan (silaturahim) tidak boleh duduk bersamamu?”

Abu Hurairah menjawab, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sesungguhnya, kasih sayang tidak akan turun pada suatu kaum yang di dalamnya ada orang yang memutuskan persaudaraan’.”

✔️… Disarikan dari Al-Kabâir (Dosa-Dosa Besar), karya Al-Imam Adz-Dzahabi.