TARIQAT DARQAWI

SURAT-SURAT SHAYKH DARQAWI

Kitab ini digunakan di majelis-majelis Tariqat Darqawi bukan hanya di Maroko tetapi melintas Afrika Selatan, juga di zawiya-zawiya Darqawi di Inggris, Amerika, Argentina, Spanyol, Malaysia dan Mekkah. Karya ini juga berfungsi sebagai pengenalan terang dan jelas bagi karya besar ilmu sufisme, “The Meaning of Man” (Maknanya Rijal), karena sang pengarang ialah Sidi ‘Ali al-Jamal, Mursyidnya Shaykh ad-Darqawi.

Surat-surat beliau belum pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris [Pengantar ini atas edisi bahasa Inggris; apakah sudah pernah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kami tidak tahu; kabarnya sedang diterjemahkan dari bahasa aslinya, bahasa Arab oleh fuqara Syadziliyah lainnya, (Peny.)]  dan terjemahan ini membantu meningkatkan pengetahuan atas diri mulia sang pengajarnya ke seluruh dunia. Sebuah cuplikan pendek dari surat-surat ini pernah muncul di Inggris namun karya itu kualitasnya ganjil karena dirusak kosa kata bersifat mason [dari freemason, (Peny.)] yang amat mengganggu yang tidak punya tempat dalam tasawufnya Islam. Karena itu naskah ini ialah penampilan pertama yang mengandung secara lengkap seluruh petunjuk-petunjuk dan pengajarannya. Ada satu dua surat yang tidak ditampilkan karena mengulangi hal-hal yang telah dibahas dan membahas perkara yang tidak menarik.

Tariqat Darqawi memiliki dua praktek yang dilaksanakan para ahlinya dalam tata tertib mereka. Yang satu ialah Tari-nya, disebut sebagai hadra [hadrah, (Peny.)] atau raqs, dan yang lain ialah zikir atau menyeru Ismul Adhim. Merujuk kepada keduanya, Shaykh Muhammad ibn al-Habib, Junjungan besar dan mulia kami, berkata dalam Diwan-nya:

“Inilah mereka (maksudnya para sufi) yang telah memupuskan diri-dirinya sendiri yang telah menyelami tiap-tiap kedalaman samudera-samudera cinta.”

“Maka berserahlah kepada mereka atas penyaksianmu atas gairah cinta mereka, dan tarian serta nyanyian pada zikir atas Sang Kekasih.”

“Jika engkau merasai sesuatu saja dari makna perkataan kami  maka kalian telah mengalami tiap-tiap kondisi (ruhani).”

Hadrahnya itu, sesungguhnya ialah berzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri sambil bergegar*, seperti dijelaskan dalam Al Qur’an dan kitab-kitab hadist, biasanya diawali dengan menyanyikan berbagai Diwan karya para sufi besar. Berbagai Diwan Tariqat Darqawi diakui sebagai yang paling sublim** dalam kitab-kitab Tasawuf. Diantaranya ialah Diwannya Shaykh al-Harraq [Shaykh Muhammad ibn Muhammad al-Harraq, pewaris dan khalifnya Shaykh ad-Darqawi, (Peny.)], yang Mursyidnya ialah Shaykh Darqawi itu sendiri; Diwannya Shaykh al-‘Alawi [Shaykh Ahmad al-‘Alawi, dari Mostaganem, (Peny.)] dari Aljazair; dan Diwan terkenalnya Shaykh Muhammad ibn al-Habib yang dinyanyikan di seluruh penjuru bumi pada majelis-majelis ahli sufi.

Zikir Ismul Adhim yang berkali-kali dirujuk pada surat-surat ini dan pada kitab ini terkandung kutipan-kutipan amat penting bagi fuqara Darqawa, karena di sini Imam mereka mengacu baik kepada cara dan pencerahan pribadinya sendiri dengan melaksanakan cara tersebut. Pentingnya dari acuan-acuan tersebut ialah bahwa mereka tidak sekedar merujuk pada cara tradisional metode zikir yang digunakan pada Tariqat Syadzili, yang lebih awal dari Tariqat Darqawi, melainkan juga karena mengutarakan cara yang diajarkan kepadanya oleh Sidi ‘Ali al-Jamal. Beliau selanjutnya menulis bahwa ia menemukan metode ini dalam naskah-naskah Syadzili yang diberikan kepadanya dari para Mursyidnya. Caranya ialah dengan membayangkan huruf-huruf Ismul Adhim – ALLAH [dalam penulisan bahasa Arabnya, (Peny.)] – dalam Maqam pertama Ismul Adhim, bersamaan dengan beberapa perubahan yang terjadi saat membayangkannya. Metode ini bukan hanya sekedar sebuah teknik konsentrasi karena demikian mendalamnya pengaruh-pengaruhnya, karena berbagai makna dan sir yang Allah sampirkan pada huruf-huruf AsmaNya itu.

Tujuan zikir agung ini tidak lain ialah fana’ fi’llah – pupus di hadirat Allah. Tema utama ini diuraikan lagi dan lagi, membantu dan membimbing para salik di perjalanannya menuju pencerahan. Inilah sebuah buku bagi para ahli untuk digunakan. Bukunya harus dipelajari dan dijalani hingga dipahami dan hingga janji-janji makrifat tiap hal dan maqamnya tersingkap bagi para pencari. Inilah makna Tariqat itu dan tujuan dari surat-suratnya. Inilah kabar-kabar tertulis dari medan perang ruh dalam perangnya melawan nafsu diri dan kejahilannya. Padanya dipenuhi berbagai rasa dan juga janji kemenangan – dan bagi muslimin kata kemenangan dan kata terbukanya [fath, fatihah] – keterbukaan ruhani – itu kata yang sama.

 

-Shaykh ‘Abd al-Qadir as-Sufi ad-Darqawi-

(Diambil dari “The Darqawi Letters”, terjemahan Bahasa Inggris oleh Aisha Bewley, edisi tahun 1981).


Catatan :

*) gegar/ge·gar/ a guncang; goyang; gentar;
bergegar/ber·ge·gar/ v berguncang; bergoyang: rumahnya ~ ketika gempa yang hebat itu berlangsung;

**) sublim /sub·lim / 1 v menampakkan keindahan dalam bentuknya yang tertinggi; amat indah; mulia; utama;