Jam’ berarti penyatuan. Shaykh al-Akbar berkata: “Ia menerangkan Allah tanpa makhluk.”

Penarikan diri dari pemisahan akan memaksa dia yang bertafakur untuk menarik diri, selangkah demi selangkah dari keberagaman. Pertama-tama, dengan menarik diri dari apa yang tidak mengikat dan menarik, kemudian dari apa yang mengikat dan menarik, yang artinya berbagai bentuk dari keberadaan makhluk ciptaan, baik yang mencolok dan subtil*, yaitu pelbagai benda dan berbagai pikiran, hingga samuderanya pantulan mereka menjadi bersih dari berbagai bentuk serpihan kapar** dan berbagai bahan buangan tidak berguna, dan berbagai arus diri telah reda sehingga mereka melihat pada samudera tenang yang memantulkan dengan jelas. Ketika samuderanya telah tenang akan muncul dari kedalamannya, mula-mula bentuknya, kemudian cahaya-cahayanya, lalu, rahasia-rahasianya. Dimensi kedua pengalaman ini – yang pertamakali ditemukan dalam perasingan dan keheningan – kita sebut sebagai penyatuan. Selanjutnya keadaan penyatuan ini akan memasuki ke dalam kondisi pemisahan. Tujuannya ialah agar keduanya harus bergabung sehingga dalam segala sesuatu baik yang lahir dan batin berlangsung tafakur terus menerus pada sang Kekasih.

Sidi Ali al-Jamal berkata dalam The Meaning of Man: “Keterpilihan itu ada dalam dua bagian: keterpilihan pada pemisahan dan keterpilihan pada penyatuan. Keterpilihan pada pemisahan ialah keterpilihan dari ciptaan. Keterpilihan pada penyatuan ialah keterpilihan oleh Sang Raja, al-Haqq. Dia yang melalui pemisahan memperoleh kerajaannya al-Haqq karena al-Haqq.”

 


Catatan :

sub·til a 1 halus; lembut: banyak bunga yang berbau harum dan —; 2 perbedaan yang tidak kentara: ia telah berhasil mengungkapkan rahasia hidup manusia secara outentik dan —; 3 cerdik; bijaksana: dengan cara yang — , ia berhasil membujuknya

ka·par n kayu atau sampah dan sebagainya yang hanyut di sungai dan sebagainya;
ber·ka·par v ki terletak (terhantar, berhanyutan) berserak-serak tidak keruan: pada dini hari itu, ditemukan beberapa sosok mayat ~ di sungai;