Tauhid berarti ketunggalan, tasdik*nya. Imam kita (Imam al-Junayd) berkata: “Ia ialah sebuah makna yang menghilangkan guratan batas-batas dan menyatukan ilmu-ilmunya: Allah adanya kini sebagaimana Ia senantiasa ada. Tauhid memiliki lima tiang: terdiri dari terbukanya tirai pada kesatuan, menegaskan sifat keabadian hanya bagi Allah semata, meninggalkan kawan-kawan, meninggalkan negerinya sendiri, dan dia melupakan apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui.”

Pernyataan terindah beliau atas tauhid, yang oleh Shaykh al-Akbar disebut sebagai pernyataan tertinggi yang bisa dikatakan atas perkaranya, ialah: “Warna airnya ialah warna gelasnya.” Menjelaskan hal ini, Shaykh Ibn Ajiba berkata: “Ini maknanya bahwa Dzat Yang Agung begitu subtil, tersembunyi dan cemerlang. Ia muncul pada batas-batasnya dan berbagai bentuknya, ia mengambil warna-warna mereka. Akui ini dan pahaminya jika engkau tidak merasakannya.”

Tauhid itu sendiri ialah sebuah penjelasan yang maknanya tidak lengkap bagi dia yang berpegang padanya hingga ia meninggalkannya atau sudah kecapaian atas pelbagai isyarat-isyaratnya lalu meninggalkannya demi suatu keintiman lengkap pada Yang Ahad.

 


Catatan :

tas·dik n pernyataan atau pengakuan sah (benar, yakin).