Ghurba berarti pengasingan. Sebuah hadis menjelaskan: “Pencarian al-Haqq ialah satu pengasingan.”
Dalam Diwan, Shaykh Ibn al-Habib berkata: “Dengan berdo’a pada Maha Penguasa Kursi, engkau akan menjadi seorang zahid di antara para manusia, dan engkau akan fana dari nafsu yang menghambat di perjalananmu.” Pada bait itu, beliau mengisyaratkan maqam kerinduan amat mendalam yang pada puncaknya, ketika tiba saatnya, yakni waktunya Allah dan bukan selainnya – dan waktu itu tidak bisa dipercepat atau ditahan oleh insan manapun – mendorong si pencari berpaling dari segala sesuatu yang telah menyibukkannya hingga saat itu. Di tahap itu ia harus mengesampingkan dari dirinya, segala sesuatu yang merupakan dunia dalam bentuk-bentuknya sebagai kewajiban, apa-apa yang menarik, keterlibatannya, dan amal. Setelah melepaskan semua komitmen lahiriahnya, dia bebas untuk melanjutkan kembali penyelesaian tugasnya. Hanya jika dia sungguh-sungguh bebas dalam pemutusannya ini, dan karena pemutusannya itu, yang selanjutnya bisa jadi tidak menghasilkan apa pun, dan Allah ialah Hakim terbaik dan satu-satunya Yang Maha Tahu atas berbagai rahasia. Dalam urusan ini si murid menerima nasihat Shaykhnya, memenuhi perintahnya apakah itu berupa khalwa atau menerima penundaan dan bimbingannya, walaupun kerinduan atas perjumpaan seakan tak-tertahankan kuatnya.
Kini, bagi si pencari, keyakinan pada Shaykhnya itu amat vital. Di akhirnya, seluruh keraguan atas dirinya harus ditempatkan kepada sang Shaykh sebagai sebuah keraguan besar. Inilah yang kemudian akan menjelmakan diri sebagai keyakinan bahwa seseorang itu tidak bisa tiba. Ini adalah penolakan atas izin yang dimiliki sang Shaykh. Penerimaan menjadi pengesahan atas diri berada dalam al-Haqq karena al-Haqq. Sang Shaykh sejak semula hanyalah sebuah cermin. Ini tidak akan dipahami kecuali setelah tiba. Terimalah pengasingan, inilah sunnahnya hijrah.