Faqir, hanya rijal dengan intelek dan kesadaran mendalam yang terlindungi dari khalayak banyak, khususnya khalayak di masa ini. Selalulah berjaga terhadap mereka. Takutlah pada keburukan mereka, bahkan jika mereka beruluk*) salam kepadamu. Jika salah seorang dari mereka beruluk salam kepadamu, dan engkau sungguh-sungguh tahu bahwa ia beruluk salam kepadamu itu agar bisa bercakap-cakap denganmu tentang dirimu, maka engkau akhirnya akan berada di bawah kuasanya karena hal ini. Karenanya balaslah salamnya, karena itu sebuah kewajiban untuk membalas salam dan teruslah sibuk dengan apa yang sedang engkau kerjakan. Jika ia terus pergi, maka segala keberkahan bagi Allah. Jika ia tidak pergi, maka katakan kepadanya, Berilah saya pekerjaan dengan bayaran satu atau dua dirham karena Allah. Inilah perkara yang akan memalingkan ia dan menjengkelkannya. Hal inilah yang akan membuatnya pergi darimu. Tidak bisa disangkal bahwa sukar untuk membebaskan diri dari mereka. Demikian pula, tidak ada keraguan bahwa penguasaan khalayak atas diri wali Allah di awal keberadaannya itu ialah sebuah Sunna Allah dalam kehidupan ciptaan-Nya. Karena Allah Ta’ala berfirman, “kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.” (Surat 48 ayat 23).
Shaykh Ibn Ata’allah, semoga Allah meridainya, berkata dalam kitab Lata’if al-Minan, “Ketahuilah bahwa aturan bagi para wali Allah Ta’ala di awal kedudukannya ialah bahwa makhluk ciptaan itu menguasai mereka. Kemudian mereka dibersihkan dari berbagai residu, lalu kebajikan-kebajikan disempurnakan pada diri mereka. Ini berlaku agar mereka tidak menempatkan ketergantungan kepada ciptaan atau cenderung kepada mereka dengan keyakinan. Siapapun yang telah menyusahkanmu, telah membebaskanmu dari tawanan kebaikannya. Siapapun yang telah berbuat baik kepadamu, telah merampokmu karena kebaikannya telah membuatmu berhutang budi. Karena itulah, Nabi, salallahu alayhi wassalam, bersabda, “Jika seseorang berbuat baik kepadamu, bayar kembali padanya. Jika engkau tidak mampu, maka doakanlah dia.” Semua itu untuk membersihkan hatimu dari tawanan kebaikan makhluk dan untuk menyampirkannya hanya kepada Sang Raja Sejati.”
Shaykh Abu’l-Hasan, semoga Allah meridainya, berkata, “Berlarilah engkau dari kebaikan khalayak, lebih dari berlarimu dari keburukan mereka, karena kebaikan khalayak itu menimpa hatimu, sedangkan keburukan mereka hanya menimpa tubuhmu. Lebih baik dihantam tubuhmu daripada hatimu. Musuh yang membawamu kepada Allah, lebih baik daripada teman yang memutusmu dari Allah. Perhatikan berpalingnya mereka kepadamu di malam hari dan berpalingnya mereka menjauh darimu di siang hari. Tidakkah engkau melihat bahwa ketika mereka berpaling kepadamu, mereka itu sedang menggodamu?”
Penguasaan makhluk ciptaan kepada para wali Allah di awal Tariqat mereka itu, ialah sunna Allah terhadap para kekasih dan wali-wali-Nya. Saya berkata, bahwa kami tidak melihat khalayak itu menolak setiap ahli Tariqat, semoga Allah meridai mereka semua, seperti menolaknya mereka terhadap para ahli zuhud dan para peminta-minta di antara mereka. Tidak ada keraguan bahwa zuhud itu berlawanan dengan ikhtiar duniawi, dan keduanya itu sesuai hukum dan sahih. Siapa saja yang mengecam zuhud berarti telah mengecam tawakal pada Allah. Allah Ta’ala berfirman, “Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya.” (Surat 65 ayat 3). Wali Allah Ta’ala, Sidi Ibn al-Banna, semoga Allah meridainya, berkata dalam kitab Mabahith, “Kesibukkan dalam ibadah tanpa upah apapun ialah tawakal sejati dan pendirian sepatutnya para malim**).”
Siapa saja yang mengecam kasab***), dia mengecam Sunnah. Mengemis juga diijinkan dalam Syari’at karena Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya, salallahu alayhi wassalam, “Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.” (Surat 93 ayat 10). Nabi, salallahu alayhi wassalam, bersabda, “Berilah kepada peminta-minta, bahkan jika ia datang menunggang seekor kuda.” Saya berkata, Siapa saja yang berdusta maka ia ada dalam kebohongannya sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu)” (Surat 8 ayat 62).
Salam.
Catatan :
*) ber·u·luk sa·lam v memberi salam
**) ma·lim n 1 orang alim; ulama; guru agama Islam; 2 pemimpin; penunjuk jalan; 3 pawang;
***) ka.sab n usaha atau ikhtiar yang dilakukan sesuai dengan kemampuannya sebagai manusia dan sejalan dengan kehendak hatinya