Demi Allah, kemuliaan sejati hanya terletak pada penghambaan. Karena itulah, Allah memuji Rasul-Nya salallahu ‘alayhi wasalam, dalam firman-Nya di Kitab-Nya, “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam…” (17:1). Allah tidak berfirman, “Rasul-Nya” atau “Nabi-Nya,” atau yang lain. Ia memilih nama “hamba-Nya” bagi Baginda, karena Baginda, salallahu ‘alayhi wasalam, pada hakikatnya sejatinya adalah hamba-Nya. Allah memuji Rasul-Rasul, ‘alayhi wasalam ajmain, dengan kehambaan. Allah Ta’ala berfirman dalam Kitab-Nya, “Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Rabb-nya). Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub…” (38:44-45). Salah satu cara bacanya adalah “Hamba Kami Ibrahim.” Sungguh-sungguh jelas dan terbukti bagi dia yang mata batinnya dibuka oleh Allah dan yang sir-nya diterangi, bahwa penghambaan adalah kemuliaan dari setiap makhluk, tidak peduli siapa pun dia. Karena itu ambil dan genggamlah itu! Ambilah apa yang terasa berat bagi dirimu, bukan yang terasa ringan baginya. Allah Ta’ala berfirman, “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Rabb yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.” (19:93). Terdapat perbedaan besar antara dia yang mengabdikan dirinya kepada Rabb-nya berdasarkan pilihannya sendiri dan bukan karena paksaan, dengan seseorang yang mengabdikan diri kepada-Nya karena paksaan dan bukan pilihannya sendiri. Tidak ada keraguan bahwa jalan satu-satunya kepada kebebasan adalah melalui pintu penghambaan.
Salam.