Suatu hari, salah seorang dari mereka yang menolak, berkata kepadaku di hadapan sekumpulan saudara-saudara (setariqa), semoga Allah rida kepada mereka. “Engkaulah junjungan dan tuanku.” Saya berkata kepadanya, “Saya tidak mau mendengar perkataan seperti itu darimu atau siapa pun! Saya tidak mau menerima perkataan seperti itu dari siapa pun! Allah adalah Rabb dan Raja-ku! Sedangkan tentang diriku adalah junjungan dan tuanku, saya tidak ingin mendengarnya dan tidak mau menerimanya.”
Lalu saya berkata kepadanya, “Pada waktu dimana Allah Ta’ala merupakan Rabb dan Raja-ku, maka aku adalah junjungan dan tuan kehidupan karenanya, baik kehidupan menyukainya atau tidak. Pada waktu dimana nafsuku adalah junjungan dan tuanku, kehidupan adalah junjungan dan tuanku karena diriku itu, baik aku menyukainya atau tidak. Segala sesuatunya menghinaku, merendahkanku, menurunkan derajatku, menguasaiku, melalaikanku, tidak peduli kepadaku, dan bertindak semau-maunya kepadaku. Jadi bagaimana mungkin kami akan berpaling atas pujian dan celaanmu, atau pujian dan celaan orang lain? Itu tidak ada gunanya.”
Salam.