Kutub – Sang Poros. Soko Guru.
Dan dari keduanya ada satu. Dialah Sang Kutub. Shaykh Al Akbar berkata: “Dialah Sang Ghawth. Ini menjelaskan mengenai orang yang ‘menjadi tempat’ Allah mengamati dunia di setiap zaman. Dia dibentuk berdasarkan kalbu Israfil, alayhissalam.”
Sultan Para Pencinta menyatakan, “Dengan demikian atas diriku-lah lelangitan beredar, penuh takjub atas Kutub mereka yang melingkupi mereka, padahal dia itulah sebuah titik pusat.” Jagat berputar mengelilinginya, semesta bintang-bintang memperoleh makna dan kedudukan dari kedudukan, kemuliaan, keheningan, dan pemujaannya. Dengannya, kemuliaan Allah tampak nyata. Lisannya hanya menyuarakan kebijakan dan kekuasaan Allah. Ia mensucikan Allah dalam setiap keadaan.
Ia memaklumkan, “Hubungan antara Sang Khatam dan Para Kutub terhadap Cahaya-nya, layaknya setetes terhadap samudera-samudera cahaya dan kenyamanan.” Di sini Shaykh Ibn al-Habib, Kutub zamannya, mengisyaratkan hubungan antara arifin-arifin mulia dengan nur Rasulullah Muhammad. Beliau juga mengesahkan shalawat Mashishiyya :
“Oh Allah, dia-lah Rahasia-Mu yang meliputi segalanya, membimbing kepada-Mu, karena-Mu, dan tabir terkuat-Mu terpancang di hadapan-Mu.”