Sukun. Keheningan. Tanda baca dalam tata bahasa yang menyatakan tidak ada vokal setelah sebuah konsonan, yaitu hening. Inilah kalbu sang Qutb. Tentu saja ada aqtab dan sang Qutb. Yaitu, ada mereka yang telah mencapai maqam sukun dan ada dia yang melampaui mereka semua di zamannya sebagaimana Shaykh Ibn al-Habib menyatakan, “Baik mereka tahu atau tidak.” Jika seseorang berkata dia adalah si qutb, maka dialah si qutb. Namun dia yang Qutb-nya aqtab pasti memiliki mahkamah sebagaimana milik seorang raja, dan wilayah kekuasaan sebagaimana halnya seorang raja dalam hakikat spiritual, walaupun tentunya bukan yang duniawi. Dia-lah yang dermawan dengan rahasianya.

Sukun itu, keheningan ini bukan satu hal, melainkan keadaannya, yang memenuhinya baik saat berjihad dan saat tafakur. Kalbunya bisa saja berdebar keras, ia bisa saja merasakan ketegangan pertempuran, tapi keheningan menguasainya dan ia meminum penyaksian Wajah-Nya dan dia memuja-puji Allah. Betapa agung pujian dan puja yang bisa tercurah dari kalbu seseorang. Mengingkari Qutb, artinya mengingkari kemampuanmu atas inti dari rahasia-rahasia kehidupan. Itulah tanda bukti kejahilan, sebagaimana pengakuannya atas setiap dan semua orang adalah pertanda cahaya-cahaya dan makrifatnya.

Ya Allah karuniakan kami cinta kepada para wali Allah dan para elit-nya. Amin.
Sultan-nya Para Pencinta berkata:
“Karenanya berjuanglah dengan dirimu sehingga dapat engkau saksikan pada dirimu, dari dirimu, satu kedamaian melampaui apa yang baru saya jabarkan – sebuah ketentraman yang lahir dari kekosongan.”