Shaykh, jangan berharap ada kebaikan untuk seorang faqir sepanjang engkau melihat ia tidak peduli pada syari’at tarekat atau syari’at itu sendiri, baik itu disengaja atau tidak sengaja darinya. Syari’at Rasulallah adalah pintu bagi dia yang ingin tiba di hadirat Allah. Tidak ada pintu yang lain. Siapapun yang tidak memedulikannya dan ingin memasuki melalui pintu lain, tidak sungguh-sungguh berhasrat memasukinya dan tidak akan pernah bisa masuk. Harus ada pengenalan pada Syari’at Muhammad, memedulikannya dan mengamalkannya jika engkau ingin masuk, atau bisa kami katakan, ingin sampai atau diterima.

Shaykh, ketahuilah bahwa saya melihat seorang faqir yang belajar bersama seorang shaykh tarekat, semoga Allah meridai mereka. Ia biasa bercakap perihal ilmu-nya ahli tarekat, semoga Allah meridai mereka semua, dan menyebut perihal fana dan baka. Ini adalah dua hal yang tinggi. Walau demikian, seseorang pria ingin ditemaninya pergi ke sebuah tempat semata karena Allah. Pria itu perlu mengurus suatu kebutuhannya di sana. Pria itu pergi dengan si faqir. Ketika mereka kembali pulang, faqir ini mengambil ongkos bepergian dari pria itu -bertentangan dengan keingingan si pria, baik dia setuju atau tidak. Pria itu telah menitipkan amanat sejumlah dirham sebanyak yang dikehendaki Allah padanya, lalu faqir itu mengambil untuk dirinya sendiri sejumlah ongkos setelah ia pergi menemani pria itu semata karena Allah. Deen apakah itu? Mazhab apa ini? Demi Allah, kami berpendapat ia belum berhasil melaksanakan apapun!
Salam.