Nafsu itu adalah suatu perihal yang luar biasa. Ia adalah seluruh jagat raya karena ia adalah sebuah salinan kehidupan. Segala sesuatu yang ada di jagat raya, ada padanya, dan segala yang ada padanya, terdapat di jagat raya. Sesiapa yang mampu mengendalikan nafsunya, mau tidak mau mengendalikan jua alam semesta, sebagaimana sesiapa yang dikuasai nafsunya, dikendalikan oleh jagat raya. Dengarkan suatu kisah dari para malim* tentang kebaikan, kesempurnaan, sir dan barakahnya!
Kisahnya terjadi ketika panen kurma penduduk Tafilalat buruk. Saat itu, mereka sedang berada di Hijaz, saya yakin mereka sedang berniat melaksanakan Haji, perhatian mereka tertuju kepada sebuah perihal yang luar biasa. Mereka berkata, “Kurma-kurma kita tidak menghasilkan panen yang luar biasa. Satu-satunya yang bisa menolong kita adalah dengan membawa pulang seorang sharif** dari negeri ini untuk menjadi pengingat bagi kita, kurma-kurma kita dan negeri kita.” Mereka bersepakat untuk mendatangi salah seorang sharif, semoga Allah rida kepada mereka dan memberi kita cinta kepada mereka, dan memohon kepadanya untuk memberikan salah seorang putranya [diijinkan pergi dan menetap bersama mereka di Tafilalat].
Kemudian sharif tersebut memanggil salah seorang putranya untuk menghadap padanya dan bertanya kepada putranya itu, “Apa yang akan engkau lakukan jika seseorang berbuat baik padamu?” Putranya menjawab, “Kami akan berbuat baik kepadanya sebagaimana ia berbuat baik kepada kami.” Sang ayah bertanya lagi, “Bagimana dengan seseorang yang berlaku buruk kepadamu?” Putranya menjawab, “Kami akan berlaku buruk kepadanya sebagaimana dia berlaku buruk kepada kami.” Ayahnya menyuruh ia kembali dan memanggil adiknya. Hal yang sama dengan saudaranya terjadi. Lalu sang ayah memanggil saudara mereka yang lain dan putranya itu menjawab sebagaimana jawaban kakak-kakaknya. Demikian berulang-ulang hingga putranya yang paling kecil datang, semoga Allah rida kepada mereka semua.
Ayahnya bertanya padanya, “Apa yang akan engkau lakukan jika seseorang berlaku baik kepadamu?” Putra bungsunya menjawab, “Kami akan berlaku baik kepadanya.” Ayahnya bertanya lagi, “Dan bagaimana jika seseorang berlaku buruk padamu?” Putranya menjawab, “Kami akan berlaku baik kepadanya.” Ayahnya bertanya, “Bagaimana? Ia berlaku buruk padamu dan engkau berlaku baik kepadanya?” Putranya menjawab lagi, “Iya benar, dia memiliki perilaku buruknya dan aku memiliki kebaikan perilakuku hingga kebaikanku akan mengatasi keburukannya.” Maka ayahnya menyerahkan putra bungsunya kepada mereka, dan menyampaikan sebuah do’a memohon kebaikan bagi putranya dan mereka.
Keluarbiasaan berarti adanya keuntungan di dalamnya. Ini artinya Allah akan meninggikan negeri itu dan hamba-hamba-Nya karena kehadiran sang sharif. Akar dari hal ini adalah cinta kepada Rasulallah sallallahu ‘alayhi wassalam. Karena cinta itu, Allah menambahkan kebaikan bagi sang sharif. Salah satu sifatnya adalah bahwa khalayak bisa berlaku buruk padanya, sedangkan dia, semoga Allah rida padanya, akan berlaku baik kepada mereka hingga kebaikannya mengatasi keburukan mereka.
Demikianlah ciri nafsu itu, demikianlah keutamaan sang sharif, dan itulah akhlak mulia. Allah memberikan keturunan sharif yang banyak darinya awliya, ulama, amir, dan pahlawan-pahlawan yang menyerupai Para Sahabat, semoga Allah meridai mereka. Tentang kedermawanan, kesederhanaan, aspirasi yang tinggi, akhlak mulia, dan kerendah-hatian semua itu adalah kepedulian dan kebiasaan mereka, semoga Allah meridai mereka dan memberi kita cinta kepada mereka.
Salam.
Catatan:
*) ma·lim n 1 orang alim; ulama; guru agama Islam; 2 pemimpin; penunjuk jalan; 3 pawang;
**) sharif adalah sebutan bagi keturunan Rasulallah sallallahu ‘alayhi wasalam dari garis keturunan Imam Hasan ibn Ali semoga Allah meridainya.