Saya secara tegas menasihatimu untuk meneladani Sunahnya Rasulallah Muhammad sallallahu ‘alayhi wassalam dan untuk mengingat Rabb-mu apapun keadaanmu, apakah sedang terasa sempit dan apakah sedang terasa lapang. Engkau harus membaca salawat kepada Rasul-mu, sallallahu ‘alayhi wassalam. Karena jika engkau melakukannya seperti itu maka engkau sungguh-sungguh menjadi hamba Allah. Siapapun yang sungguh-sungguh menjadi hamba Allah, bukanlah budak nafsunya. Dia itulah seorang wali Allah. Kutukan Allah hanya kepada dia yang mengingkarinya.

Berhati-hatilah! Sekali lagi, saya ulangi – berhati-hatilah! Waspadalah agar tidak ada sesuatupun yang memalingkanmu dari Rabb-mu karena pada hakikatnya tidak ada sesuatupun selain Allah. “Allah wujud dan tidak ada sesuatupun bersama-Nya. Ia wujud kini sebagaimana dulu wujud-Nya.” Ketahuilah bahwa jika seseorang memiliki kebutuhan atas sesuatu, itu terjadi karena kejahilan dan ilmunya tidak memadai. Karena jika bukan karena kejahilannya, ia tidak akan membutuhkan sesuatu apapun selain Allah. Baik Al Qur’an Yang Agung dan hadits Rasulallah menjadi saksi atas hal ini. Perhatikan jawaban wali Allah, Sayyidi Sahl at-Tustari, kepada salah seorang muridnya yang berkata kepadanya, “Tuan – [kami minta] makan!” Beliau menjawabnya, “Allah.” Muridnya terdiam sesaat lalu berkata lagi, “Kita butuh makan.” Beliau menjawab, “Kita butuh Allah.” Saya berkata, demi Allah, pada hakikatnya kita dan yang lain tidak punya kebutuhan lain selain kepada Allah. Jika kita [ini benar sebagai] hamba-Nya, maka Ia-lah [Rabb] kita sebagaimana adanya dahulu bersama yang lain – Ia demikian bagi mereka jika mereka begitu pada-Nya.

Saya juga menasihatimu untuk selalu bersama-sama dan saling mengingatkan satu sama lain di Tarekat-mu sepanjang hidupmu sebagaimana yang telah dilakukan pendahulumu. Waspada! Sekali lagi – waspada! Berhati-hati untuk tidak tergesa-gesa memperoleh pembukaan sebagaimana sebagian di antaramu dan yang lain berusaha mempercepatnya. Karena dengan melakukan itu, kalian akan luput dari kesempurnaan tarekat dan rahmatnya, sir, berkah, dan karunia, karena sesiapa yang ingin memetik sesuatu sebelum diijinkan baginya maka akan dijauhkan daripadanya. Sungguh-sungguh perlu untuk kalian selalu bersama-sama dan menghormati satu sama lain. Kalian harus memuliakan satu sama lain dan menunjukkan penghormatan satu sama lain dan menjalankan urusannya dengan santun satu sama lain. Waspadalah dari berlaku jahil dan kurang ajar, ketidakjujuran atau meninggalkan Tarekat-nya. Allah-lah yang memberikan kesuksesan.

Ketahuilah bahwa kepedulian itu sebuah urusan besar. Kami dan kalian tidak punya urusan apapun kecuali perihal karunia Allah kepada kita. Para rijal itu adalah dia yang tidak lemah, tidak malas dan tidak kendur. Ia berjuang atas nafsunya. Ia berikan kepadanya apa yang dibenci dan berat bagi nafsunya hingga ia lumat. “Lumat itu musnah, hilang, meninggalkanmu, punah,” sebagaimana wali Allah, Sidi Abu’l Mawahib at-Tunisi, semoga Allah meridhainya, berkata dalam kitabnya, Qawanin.

Salam.