Ketahuilah, fakir, bahwa saya menulis kepada beberapa fakih yang tidak setuju perihal keadaan kami yang miskin: Assalamualaykum. Semoga Allah merahmatimu dan semoga Allah menolongmu dan kami dari tiap-tiap kesesatan! Kami mendengar bahwa kalian telah meninggalkan kesalahan-kesalahan kalian dan menyibukkan diri kalian dengan kesalahan-kesalahan orang lain. Tidakkah kalian ketahui firman dalam Kitab Allah Ta’ala, “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan (kewajiban) dirimu sendiri?” (2:44) Atau mungkin kalian tidak memiliki kesalahan-kesalahan? Tidaklah mungkin bahwa dia yang terbebas dari segala kesalahan akan melihat selain dari Yang Maha Pengasih! Hanya dia yang memiliki kesalahan yang melihat kesalahan. Adakah kesalahan yang lebih besar dari hanya melihat segala sesuatu yang lain yang hanya bisa dilihat di pagi hari atau malam hari? Tidak ada keraguan bahwa dia yang elok dan dia yang jelek hanyalah melihat wajahnya sendiri dalam masyarakat. Elokkan dirimu, engkau hanya akan melihat keelokan. Jelekkan lakumu, engkau hanya akan melihat kejelekkan.

Shaykh al-Busayri, semoga Allah rida padanya, berkata dalam Burdah-nya:
‘Mata bisa saja menolak cahaya mentari karena infeksi mata,
Dan mulut bisa menolak segarnya air karena sakit.’

Ini adalah takaran yang sahih. Demi Allah, jika kita sakit, air terasa pahit di mulut kita. Jika wajah maknawi kita baik, maka wajah inderawi kita hanya bisa baik pula. Orang-orang itu layaknya sebuah cermin bagi sesiapa yang menatap mereka. Dia yang memiliki wajah elok melihat wajah elok pada khalayak itu. Dia yang jelek rupa melihat rupa jelek pada khalayak itu. Tidak mungkin dia yang elok wajah melihat rupa jelek sebagaimana yang jelek rupa tidak mungkin melihat wajah elok. Karena itulah, Shaykh Abul-Hasan Ali al-Kharrubi, semoga Allah meridainya, berkata, ‘Katakan kepada mereka yang melihat apa yang tidak mereka sukai pada kita, karena jernihnya minuman kita, kalian menyaksikan wajah-wajah kalian sendiri pada kami.’

Para fakih, kami ini sepertimu, atau bahkan lebih buruk darimu, saat kami melihat bahwa keadaan khalayak itu jelek dan keadaan kami amat baiknya. Banyak ahli yang seperti kami ini seperti Shaykh Izzud-din b. Abdis-Salam, Shaykh al-Ghazali, Shaykh Ibn Ata’allah, Shaykh Ibn al-Arabi al-Hatimi, Shaykh Abul-Hasan ash-Shadhili, dan yang seperti mereka, semoga Allah meridai mereka. Lalu Allah membukakan mata batin mereka dan menyinari rahasia mereka dan menyibak tabir ilusi dari mereka. Mereka mencari-cari keburukan dan tidak memperoleh suatu berita tentang itu. Dengarkan, para fakih, atas apa yang dikatakan salah seorang dari mereka:
‘Andai saja aku diwajibkan melihat yang selain-Nya, aku tidak akan mampu melakukan itu karena tidak ada sesuatu apapun bersama-Nya, jadi bagaimana aku bisa melihatnya bersama-Nya!’

Mereka berkata:
‘Sejak aku mengenal Ilahi, aku tidak melihat yang selain-Nya. Begitu pula, yang lain itu haram bagi kami. Sejak aku menyatukan apa yang aku khawatirkan bakal terpisah, hari ini aku tiba menyatu.’

Mereka berkata:
‘Mereka yang telah tiba menolak melihat yang selain-Nya.’

Mereka berkata:
‘Katakanlah: Allah! dan tinggalkan yang wujud ini dan apa yang terkandung padanya jika kalian ragu-ragu tentang tercapainya kesempurnaan. Jika kalian benar, semua selain Allah itu tidak wujud dalam rincian dan totalitasnya. Ketahuilah jika bukan karena-Nya, dirimu dan semua alam semesta pasti musnah dan binasa. Jika bukan karena-Nya, keberadaan dia yang wujud bukan karena zatnya sendiri pastilah tidak mungkin.’

Arifin itu mengalami fana dan tidak melihat apapun selain Yang Maha Besar, Maha Mulia. Mereka menyaksikan bahwa yang selain-Nya pada hakikatnya senantiasa binasa di saat ini, di masa lalu dan di masa depan.

Demikianlah. Perkara zikir itu amatlah luasnya, dan limpahan karunia Allah, Kedermawanan, Kelapangan, dan Rahmat-Nya lebih luas lagi, dan tidak terbatas luasnya. Lalu apakah itu yang kalian lihat lalu kalian tolak, tidak suka, benci dan terasa berat selain zikir kepada Allah Ta’ala di rumah-rumah Allah yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan di Kitab-Nya? Ia berfirman, Subhanahu! “Di rumah-rumah yang diijinkan Allah dibangun dan disebut Asma-Nya dan bertasbih.” (24:36) Ataukah kalian beribadah kepada Rabb kalian sembari dia yang tertolak menggoda kalian? Jika keadaannya demikian, maka janganlah kalian ikuti dia yang menggoda itu. Sisihkan dia dan tinju wajahnya. Hanyalah mereka yang jahil dan dia yang berpuas pada dirinya sendiri bersangka baik padanya. Kami tidak melihat seorangpun di daerah kalian menyembah Allah seperti yang telah kalian katakan. Bahkan kami lihat bahwa para pelajar yang membaca Al Quran acap kali tidak melaksanakan salat. Sedang mengenai penggunaan tembakau, ganja, sodomi, fitnah, penghinaan, dan yang serupa dengannya yang telah diharamkan Allah bagi kita, kami tidak akan berkata apa-apa kepada kalian atau kepada mereka tentangnya. Kami tidak melihat kalian bersegera kepada apapun seperti bersegeranya kalian membicarakan para ahli tarekat, semoga Allah meridai mereka. Perilaku itu sudah menjadi kebutuhan bersama di pelbagai persada. Khalayak yang tersambung dengan Allah ialah mereka yang berpaling dengan bertaubat kepada Allah dari perilaku itu. Jangan menyibukkan diri dengan mereka dan kesalahan mereka seakan-akan Allah Ta’ala telah menjadikan kalian kalis terhadap kesalahan-kesalahan. Betapa jauhnya itu! “Tiada yang merasa aman dari makar Allah kecuali mereka yang merugi.” (7:99)

Karena itu, jika kalian mengharapkan nasehat dan rasa aman dari aib, maka berpalinglah kepada Allah, Rabb kalian dengan taubat dari perbuatan burukmu karena Allah Ta’ala berfirman, “Dan bertaubatlah kalian semua.” (24:31) Nabi sallallahu ‘alayhi wassalam, bersabda, “Kembalilah dengan bertaubat. Aku kembali bertaubat setiap hari sebanyak tujuh puluh kali.” Hadis lain menyatakan seratus kali. Ini Baginda lakukan walaupun pada hakikatnya Allah Ta’ala telah mengampuni Baginda dari adanya kesalahan yang lalu dan yang akan datang. Tampaklah Rasulallah sallallahu ‘alayhi wassalam senantiasa bertambah mulia makamnya. Tiap kali Baginda mencapai suatu makam, tampak oleh Baginda derajat yang lebih tinggi dari yang sebelumnya, bahkan jika makam yang mulia itu adalah makam keselamatan. Semoga kita dapat mencapai sebuah makam sebagaimana yang telah dilalui Baginda sallallahu ‘alayhi wassalam.

Amal salih dia yang taat adalah amal buruk dia yang benar. Amal baik dia yang benar adalah amal buruk dia yang dekat. Kalian harus benar-benar bertaubat kepada Allah dan mengembalikan keburukan pada ahlinya. Kalian harus menghindari berdusta, fitnah, penghinaan, dan seluruh perkara haram dan tidak disukai. Kalian harus mewaspadai adanya hal-hal menjijikan berada di dalam hati-hati kalian dan yang telah diharamkan Allah bagimu, lahiriah dan batiniahnya. Para pelajar yang lalai, apa yang kalian miliki lahiriahnya adalah seperti yang telah kami katakan.

Maka kini kami mengutarakan yang batiniahnya sombong, riya, hasad, angkuh, fitnah, menghina, menyimpang dari jalan lurus, kejahilan, rakus, pelit, dan sifat-sifat buruk lainnya yang tidak dibolehkan mengisi kalbu orang beriman. Diijinkan baginya untuk membersihkan kalbunya dari sifat tersebut di malam hari sebelum paginya, dan ketika sedang duduk sebelum berdirinya jika ia mampu melakukan itu. Jika ia tidak mampu, dia harus mencari seorang penyembuh di seluruh persada Afrika Utara [tempat Mawlay ad-Darqawi semoga Allah meridhainya hidup di masa itu], di kota-kota di padang-padang pasirnya. Jika ia menemukannya, maka dia tidak boleh meninggalkannya dan harus terus melekat padanya hingga sang penyembuh membersihkan kalbunya dari kotoran yang telah menimpanya dan seluruh keburukan-keburukannya.

Jika ia tidak bisa menemukannya di Afrika Utara, ia harus pergi ke Timur [Maroko adalah persada Maghrib, keluar dari Maroko berarti berjalan ke arah Timur] semoga Allah melindungimu! Segera, secepatnya. Jangan menunda-nunda hingga kalian bisa berangkat bersama yang pergi haji. Pergilah segera ke sana hingga taubatnya tidak tertunda. Karena jika menunda maka kalian perlu bertaubat lagi sebab menunda taubat adalah sebuah perilaku buruk yang membutuhkan taubat. Dia yang bertaubat dari perilaku buruk adalah seperti dia yang bersih dari perilaku buruk. Ini sebagaimana disabdakan Rasulullah sallallahu ‘alayhi wassalam. Difirmankan dalam Kitab Allah, “Rabb-mu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang.” (6:54) dan “Dan Dia-lah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya.” (42:25)
Salam.