Salawat kepada Nabi, sallallahu ‘alayhi wassalam, di waktu bertahalul itu tidak diragukan memiliki fadilat istimewa sebagaimana sabda Nabi, sallallahu ‘alayhi wassalam. Jika engkau mengucapkannya, tabarakallah! Jika tidak, Nabi kita, sallallahu ‘alayhi wassalam, menyatakan kepada kita bahwa dosa-dosa kita dihapuskan karena salawat kita kepada Baginda dan amal-amal lainnya. Dosa itu dihapuskan dari kita dengan meninggalkan apa yang bukan menjadi urusan kita, dan dosa tersebut dihapuskan karena semata-mata kasih sayangnya Allah. Ini bagian yang harus diyakini seorang hamba.

Sedang tentang pertanyaanmu apakah bacaan Warsh itu lebih berguna untuk tafakur dibanding semua bacaan lainnya, kami berpendapat -dan Allah Maha Tahu- bahwa tafakur diperoleh dengan semua bacaan jika si pembacanya meninggalkan dunia ini, khalayaknya, dan apa-apa yang bukan urusannya. Saudaraku, tinggalkanlah dunia ini, khalayaknya, dan apa-apa yang bukan urusanmu dan bacalah dengan cara bacanya. Maka tafakur dan makna-makna yang hadir ke hati-hati dari hadirat Sang Kekasih, tidak akan meninggalkanmu dan tidak akan membiarkanmu pergi karena mereka itu amat mencintaimu dan penuh gairah, dan amat menginginkanmu dengan sekuat-kuatnya keinginan. Apa yang kalian miliki darinya itu seperti gelombang yang dimiliki samudera. Hanya saja, yang lahiriah telah membuatmu, kami dan seluruh orang kewalahan. Itu telah menguasai hati-hati kita dan tubuh kita karena hal itu berlawanan dengan berbagai makna. Dua yang berlawanan tidak bisa digabungkan, kecuali oleh rijal yang mengikuti Rasulallah, sallallahu ‘alayhi wassalam. Rijal seperti itu amat langka di setiap zaman, terlebih lagi di zaman kita ini karena ia itu seperti Batunya Filsuf [zat yang mampu merubah sembarang metal menjadi emas]. Allah ialah penjamin perkataanku.
Salam.