Fakir, dengarkan kisah ini dan ingatilah dan jangan lupa padanya! Sering-sering sampaikan ini kepada ahli tarekatmu, semoga Allah membimbing tanganmu!
Saya sedang bersama sekumpulan tamu diantara saudara-saudara yang telah mengambil diriku sebelum kunjungan mereka sebagai salah satu shaykh tarekat, semoga Allah meridai mereka semua. Mereka berasal dari dalam kota Taza. Lalu dua rijal berkata kepadaku, “Kami ingin pulang melalui kota Fes.” Saya berkata kepada mereka, “Kembalilah bersama saudara-saudaramu yang lain. Itu lebih baik dan aman bagi kalian karena pada kumpulan terdapat keberkahan.” Mereka berkata lagi kepadaku, “Kami ingin membeli sebuah ember kecil di sana.” Saya berkata kepada mereka, “Ini waktu berjalannya para Haji. Mereka sudah memutuskan untuk bersafar dan akan melintasi kalian. Mereka membawa ember-ember kecil, botol-botol berleher panjang, panci-panci kecil dan barang-barang lain. Kalian bisa memperoleh ember kecil yang kalian inginkan dan barang-barang lain darinya.” Mereka berkata kepadaku, “Kami telah berniat pulang lewat Fes bukan lewat jalan lain.” Saya berkata lagi kepada mereka, “Apakah kalian berkata bahwa saya ini shaykhmu?”, “Apakah ada keraguan pada Allah?”, begitu jawab mereka. Saya katakan pada mereka, “Maka kalian harus mempreteli iradatmu tentang dirimu dan menyerahkannya kepada saya. Mempreteli iradatmu dan menyerahkannya kepada sang shaykh itu, pada hakikatnya, ialah menyerahkan iradat kepada Allah. Menyerahkan iradat kepada Allah itu ialah derajat yang agung.”
Shaykh al-Haddad, shaykhnya al-Junayd, semoga Allah rida kepada keduanya, berkata, “Selama empat puluh tahun saya telah menginginkan untuk menginginkan meninggalkan apa yang saya inginkan. Saya tidak memperoleh apa yang saya inginkan itu.” Shaykh lain dari para shaykh dari tarekat ini, semoga Allah meridai mereka, berkata, “Sepanjang empat puluh tahun ini Rabb-ku menempatkan diriku pada sebuah makam. Aku tidak menyukainya dan Dia tidak memindahkanku darinya, maka aku membencinya.” Shaykh ash-Shurayshi, semoga Allah meridainya, berkata dalam diwan ra-nya:
“Siapapun yang tidak memiliki sifat tajrid atas iradatnya
tak ingin mencium harumnya kemiskinan.”
Setelah itu, saya berkata kepada mereka, “Belajar! Dengarkan saya!”
Seseorang mendesak saya sekuat-kuatnya untuk memberikan wirid itu kepadanya, maka saya memberikan padanya. Lalu dia berkata kepada saya, “Saya ingin bersafar ke negeri saya atau ke persada-persada yang lainnya.” Saya berkata padanya, “Bentuk masuknya itulah bentuk keluarnya. Sedemikian adanya sebelum engkau menjadikanku sebagai shaykhmu. Sekarang saya yang memilihkan untukmu. Engkau tidak lagi memilih bagi dirimu sendiri.” Kemudian seseorang rijal lain mendatangiku dan peristiwa yang sama terjadi seperti yang berlaku pada orang yang sebelumnya, tidak lebih, tidak kurang.
Kami senantiasa ceritakan ini kepada setiap orang yang teguh berusaha menempuh perjalanan di tangan para shaykhnya, semoga Allah meridai mereka dan memberi kita berbagai manfaat dari keberkahannya. Amin.