Kepada seluruh saudara-saudara kami dalam Allah dan mereka yang mencintai kami karena-Nya, di persada Maroko semoga Allah menjadikannya makmur! khalayak di kota-kotanya dan khalayak di gurun-gurunnya, mereka yang memiliki pekerjaan dan mereka yang zuhud: Assalamualaykum warahmatullahi wabarakatuh.
Saya menasehati kalian karena Allah dan dalam Allah, serta mengharapkan keridaan Allah. Saya menasehati kalian untuk tidak mencurahkan perhatian pada membaca Al-Quran Karim seperti caranya khalayak pegunungan kita dan mereka yang lain yang membiasakan diri hanya merasa gembira ketika kalian telah menghapal qiraah tujuh atau qiraah sepuluh sampai hapal di luar kepala. Hal ini berlaku seraya kebanyakan kalian tidak tahu kewajiban-kewajiban dan Sunah, dan tidak lancar dalam membaca Al-Fatihah, atau azan atau ikamah. Itu semua kekeliruan yang amat nyata. Perilaku yang benar -atau dapat kami katakan, kebenaran- ialah bahwa kita tidak boleh menyisihkan kepahaman dari din kita. Allah Maha Tahu, bahwa kita memiliki fikih yang memadai dalam kitab Risala karya shaykh besar, Sidi Muhammad ibn Abi Zayd al-Qayrawani, atau kitab Rab al-Ibada (Rumah Ibadah) karya Shaykh Khalil; atau bahkan kitab Al-Murshid al-Muin (Pembimbing yang Menolong) karya Shaykh Sidi Abdu’l-Wahid ibn Ashir itu semuanya mencukupi bagi kita, Insya Allah. Untuk qiraah Al-Quran Karim, qiraah Warsh sudah mencukupi bagi kita. Kami tidak tidak menyukai membacanya dalam berbagai qiraah yang ada, semoga Allah meridai mereka dan memberi kita manfaat dari keberkahannya. Bahkan, kami sesungguhnya amat mencintainya. Sesungguhnya, sukses berasal dari Allah. Tiada daya dan upaya selain dari Allah.
Simak apa yang saya katakan pada salah seorang saudara kita yang minta ijin untuk pergi ke Mazuda dengan niat menuntut ilmu setelah kita sempat berdiskusi tentangnya. Jika kalian tahu kesempurnaan ilmu dan barakahnya, maka sesungguhnya mudah untuk menuntutnya dari barat sampai timur. Tidak ada kesulitan bagi dia yang mengetahui ini, sebab Rabb kita hanya diibadahi dengan ilmu. Tidak ada kebenaran atau keikhlasan sahih di kalangan ahli tarekat kecuali pada dia yang memiliki ilmu. Disebutkan dalam sebuah hadis Rasulallah, sallallahu alayhi wassalam, “Carilah ilmu, hingga ke Cina.” Rasul, sallallahu alayhi wassalam, bersabda, “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang, Ia memberinya kepahaman dalam din ini.” Inilah sebuah pintu yang melaluinya seseorang menuntut ilmu yang lebih baik baginya daripada dunia ini, bahkan jika ia memiliki segalanya, semua yang ada di dunia. Betapa luar biasanya dia yang menyimak tentang kesempurnaan ini yang hadir dari Rasul mulia, sallallahu alayhi wassalam, tanpa keraguan dan tidak bisa dibantah, namun tidak mencurahkan perhatian di seluruh hari-hari kehidupannya untuk menuntut ilmu. Kami berpendapat, dan Allah Maha Tahu, bahwa telah disepakati bagi mereka yang salat bahwa mereka itu senantiasa harus tahu tafsir surat-surat yang biasa dibaca saat salat. Ini pendapat kami dan pendapat kebanyakan orang, dan Allah Maha Tahu. Tentu saja, ibadah tanpa ilmu itu tidak sahih sama sekali. Difirmankan di Kitab Allah Ta’ala, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Surat 51 ayat 56) “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (Surat 98 ayat 5) Ibadah itu tidak sahih sama sekali tanpa ilmu, sebagaimana telah kami katakan dan telah dikatakan semua orang.
Betapa luar biasanya dia yang telah mendengar dari Rasulallah, sallallahu alayhi wassalam, lalu dari Para Sahabat, Tabiun, dan para Imam din ini, perihal nikmat di Taman yang Allah telah persiapkan bagi mereka yang bertakwa, sedang dia tidak mengabdikan seluruh hari-hari kehidupannya untuk mentaati Rabb-nya. Allah telah menyiapkan bagi mereka yang bertakwa nikmat sedemikian rupa yang belum pernah dilihat mata, tak pernah didengar telinga, dan tak pernah terlintas di hati insan manusia. Bahkan jika mereka yang bertakwa hanya memperoleh nikmat insani di Taman, 70.000 haur uljanati akan melayani mereka. Mereka bangkit ketika mereka bangkit dan duduk saat mereka duduk. Jika mereka tersenyum, cahaya senyumannya memancar hingga jarak 500 tahun perjalanan. Itu sudah cukup. Semoga Allah tidak menghalangi kita dan kalian dengan derajat kedudukan Nabi, sallallahu alayhi wassalam! Semoga Allah tidak menghalangi siapapun dari umat Sayyiduna Muhammad, sallallahu alayhi wassalam, dan semoga Allah memuliakannya, menghormatinya, menyucikannya, dan sungguh-sungguh meninggikannya hingga Hari Pembalasan. Salawat bagi para Rasul, dan Alhamdulillahi Rabbil Alamin.
Salam.