Bagian pengajaran yang saya anjurkan bagi dia yang tersambung kepada saya ialah bahwa dia melaksanakan salat wajib dan salat-salat Sunah muakadah. Dia juga harus selalu menjaga tubuhnya bersih dari najis, atau lebih tepatnya, ketidaksucian, dan membersihkan bulu-bulu di kemaluan dan ketiaknya, memotong kuku jari-jari tangan dan kaki, dan pakaian serta tempat tinggalnya. Dia harus meninggalkan apa-apa yang bukan urusannya dan membersihkan dirinya dari bekas-bekas air kemih. Dia haruslah tetap menjaga dirinya sedemikian rupa sampai yakin atas hal itu atau hatinya yakin bahwa seluruh air kemihnya sudah benar-benar dibersihkan. Dia harus bertarak* dari mengikuti inderanya, dan seluruh kebiasaan dan syahwat. Dia seharusnya tidak berpikir bahwa yang demikian itu tidak mungkin atau mengira bahwa yang demikian itu tidak masuk akal.

“Nafsu itu seperti kanak-kanak.
Jika engkau membiarkannya, dia tumbuh amat sangat suka menyusu.
Jika engkau menyapihnya,
nafsunya tersapih.”

Demikianlah yang dikatakan wali Allah Ta’ala, Sidi al-Busiri, semoga Allah meridainya, dalam kitab Burda-nya. Begitu pula yang dikatakan Shaykh mulia, wali Allah Sidi Ibn Ata’allah dalam kitab Hikam-nya: “Siapa saja yang merasa garib** bahwa Allah mampu menyelamatkan dirinya dari syahwatnya dan mengeluarkannya dari kelalaiannya maka ia mengira bahwa daya-kuasa Ilahiah itu tak berdaya. ‘Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.’” (Surat 2 ayat 20).

Kami berpendapat bahwa hal-hal yang wajib itu sudah mencukupi baginya jika berbagai hal itu dibarengi dengan apa-apa yang telah kami katakan. Itu sudah akan sangat memperkayai dirinya. Banyak amal tidak akan cukup baginya jika ia tidak memiliki apa yang telah kami sampaikan. Karena itu, kami lebih suka dia melaksanakan amal-amal wajib dan perilaku baik Sunah muakadah. Allah pemberi sukses.
Salam.

 


Catatan :

*) ber·ta·rak v 1 menahan hawa nafsu (dengan memantangi kesenangan, berpuasa, dan sebagainya); 2 bertapa; mengasingkan diri; 3 berlama-lama di suatu tempat; lama sekali (menantikan dan sebagainya): ~ kami menantikan dia;

**) ga·rib a jarang didapat (aneh, ganjil, luar biasa); asing