Jika kalian ingin bersegera menempuh Jalan Setapak ini dan segera pula memperoleh pencapaian, kalian harus melaksanakan salat-salat wajib dan amal-amal salih sunah muakadah. Kalian harus belajar fikih yang dibutuhkan karena Rabb kita hanya bisa benar-benar diibadahi dengan ilmunya. Tidak perlu mencebur ke dalamnya atau memburunya karena tidak diharapkan kalian tembus mendalaminya. Yang diharapkan ialah menembus ke dalam yang batiniah. Lawan syahwat dan hasrat-hasratmu. Jika kalian melakukannya, kalian akan menyaksikan keajaiban. Akhlak mulia itu ialah bertasawuf dengan para Sufi dan berlaku sesuai fikih dengan khalayak din.
Kalian harus senantiasa menjauh pula dari yang inderawi karena itu berlawanan dengan yang maknawi. Dua perkara berlawanan tidak bisa digabungkan. Setiap kali kalian memperkuat yang inderawi, kalian melemahkan yang maknawi, dan setiap kali kalian memperkuat yang maknawi, kalian melemahkan yang inderawi. Perhatikan apa yang terjadi pada junjungan kami, semoga Allah meridainya, di awal perjalanannya. Beliau baru saja menyosoh tiga takaran gandum, dan mengabarkan hal ini kepada junjungannya, Sidi al-Arabi ibn Abdullah. Junjungannya lalu berkata padanya, “Jika engkau bertambah dalam inderawi, engkau berkurang dalam maknawi. Jika engkau berkurang dalam inderawi, engkau bertambah dalam maknawi.”
Urusannya amat jelas karena walaupun kalian telah amat lama menghirup khalayak, kalian tidak akan pernah mencium aroma maknawi pada mereka. Itu karena yang inderawi telah sepenuhnya menguasai mereka. Yang inderawi telah menguasai kalbu-kalbu dan jasad mereka. Mereka berpikir bahwa keuntungan mereka ada padanya sehingga mereka mencebur ke dalamnya dan hanya menyerap itu saja. Mereka hanya sibuk dengannya dan merasa bahagia hanya padanya. Mereka tidak bisa memisahkan dirinya dari itu semua. Hanya saja, ada sekumpulan orang yang telah memisahkan diri darinya agar bisa menceburkan diri-diri mereka dalam berbagai makna melalui pemisahan dari yang inderawi sepanjang sisa usianya, semoga Allah meridai mereka dan memberi kita manfaat dari keberkahan mereka. Amin, Amin, Amin.
Seakan-akan Allah Ta’ala tidak memberi kelompok pertama tadi makna-makna apapun, walaupun tiap-tiap mereka itu memiliki suatu bagian dalam makna-makna tersebut sebagaimana samudera memiliki gelombang ombaknya. Andai saja mereka tahu hal itu, perkara-perkara inderawi tidak akan mengalihkan mereka dari makna-makna. Andai saja mereka tahu itu, mereka akan menemukan bahwa di dalam diri-diri mereka ada samudera-samudera tanpa pantai. Allah penjamin apa yang saya katakan.
Salam.