Mengenai saudara yang kewalahan dalam urusannya itu, katakan padanya untuk melaksanakan salat wajib dan yang Sunnah muakadah. Sesudahnya ia harus mengucapkan, “Hasbunallah wa nikmal Wakil” tiga kali; “Laa hawla wala quwatta illa billah, Aliyil Adhim” tiga kali; “Wa kaafa billahi’ waliyyaw As-Sami Al-Alim” tiga kali; “Rabbana atina miladunka rahmatan wa hayyilana min amrina rasyadan” tiga kali; “Allahumma salli ala Sayyidina Muhammad, Nabiyil Ummiy wa ahlihi wa sahbihi wasalim tasliman.” Dia harus membacanya di pagi dan petang, dan dia akan menyaksikan keajaiban, baik dia sedang di rumah atau di perjalanan. Jika dia melakukan apa yang kami sampaikan itu, maka hal itu akan memperkuat niatnya menuju ke arah dimana kebaikan-kebaikan berada, Insya Allah, sedemikian kuatnya hingga ia tak mampu menolaknya. Saya memberi instruksi kepada salah seorang saudara, semoga Allah meridai mereka, untuk melaksanakan hal ini. Dia melakukannya dan dia memperoleh suatu keberkahan besar dan sir yang jelas. Allah penjamin apa yang kami katakan. Kami ingin siapapun yang sedang di rumah atau sedang di perjalanan melaksanakannya sepanjang hidupnya.

Saudaraku, jangan benci atas kenyataan bahwa nafsumu itu berada padamu. Jika bukan karena nafsumu, engkau tidak akan pernah menjumpai jalannya para salik. Seorang fakih dari kalangan saudara kami, Bani Zarwal, berkata padaku, “Syahwat ini telah menyakitiku.” Saya berkata padanya, “Itulah yang telah memberiku manfaat, dan itulah yang telah memberiku keuntungan. Itulah yang telah membuatku mulia dan itulah yang telah membuatku perkasa. Saya hanya mendapatkan kelimpahan karunia Allah, karunia padanya, dan karunia para junjungan kita, para Shaykh tarekat, semoga Allah meridai mereka.” Faqir, jika engkau bertanya, “Bagaimana bisa begitu?” Saya akan menjawab, “Justru karena menyisihkan nafsu itu maka dia yang memperoleh keuntungan telah memperoleh keuntungan dan justru karena telah mengikuti nafsu maka dia yang merugi telah merugi.” Shaykh Ibn ‘Ata’allah, semoga Allah Rida padanya, berkata di Hikam-nya, “Allah membiarkan nafsu itu menyakitimu agar engkau tidak bergantung padanya. Allah berkehendak mengguncangmu dan menjauhkanmu dari segala sesuatu sehingga tak ada sesuatu pun yang akan mengganggumu dari-Nya.” Shaykh, Sidi Ibn Banna, semoga Allah rida padanya, berkata dalam kitab Mabahith:
“Jika seseorang membiarkan nafsunya memperoleh apa yang dihasratinya, maka syahwatnya itulah berhala baginya.”

Salam.