Orang-orang awam memiliki modal dan laba. Kami berpendapat bahwa yang khas itu hanya memiliki laba. Dia yang meneladani mereka haruslah tidak menimbun apapun. Dia haruslah senantiasa membuka tangannya dan berakhlak seperti akhlak Rabb-nya sebab Allah Ta’ala berfirman, “Kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki.” (Surat 5 ayat 64) Tangan Allah itu penuh, dan tidak takut miskin, sebagaimana sabda sebuah hadis mulia. Dia yang takut miskin ialah dia yang jauh dari Rabb-nya. Bagaimana bisa dia takut pada kemiskinan ketika dia memperoleh laba tanpa modal dari Allah, Rabb kita, dan Nabi Muhammad, sallallahu ‘alayhi wassalam. Wali Allah Ta’ala, Sidi Abu’l-Abbas al-Mursi, semoga Allah rida padanya, berkata “Orang-orang memiliki sarana-sarana kehidupan, dan sarana kita ialah Allah.” Di lain waktu beliau berkata, “Orang-orang punya sarana-sarana kehidupannya dan kota-kota kita memiliki iman dan takwa.” Allah Ta’ala berfirman, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,” (Surat 7 ayat 96).
Suatu hari kami bercakap dengan seorang fuqara dari saudara-saudara kami di Fes, tentang makna ini. Dia lebih menyukai ahli sarana dari pada ahli zuhud. Sebagai bukti dia menggunakan hadis mulia, “Allah mencintai hamba yang memiliki pekerjaan berpenghasilan.” Saya katakan padanya, “Benar, Allah mencintai hamba yang memiliki pekerjaan berpenghasilan. Hanya saja, pekerjaan terbesar itu ialah meninggalkan berbagai pekerjaan.” Allah Ta’ala berfirman, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Surat 65 ayat 2-3). Dia -semoga Allah mengasihinya!- tidak tahu bahwa dia yang terbaik yang terlibat dengan sarana ialah dia yang telah bertawakal pada Allah. Selanjutnya ia kembali pada sarana-sarana setelah memperoleh kemerdekaan, seperti junjunganku, semoga Allah rida padanya, yang senantiasa meminta-minta uang dari toko ke toko sekalipun beliau memiliki makam yang mulia dan tinggi, semoga Allah meridainya. Ini serupa Abu Silham yang biasa pergi ke laut dan ikan-ikan segera menghampirinya. Walaupun makamnya tinggi dan urusannya agung, beliau diselubungi dengan sarana terlemah menangkap ikan dengan pancingan!
Salam.