Fana’ berarti punah dalam Allah.
Shaykh al-Akbar berkata, “Si hamba melihat dengan tindakannya bahwa Allah memelihara itu.” Ketiga tahap fana’ dirangkum dalam Diwan Shaykh Ibn al-Habib:
Maka ketunggalan tindakan muncul di awal zikir kepada Allah.
Dan ketunggalan sifat muncul dari cinta kepada Allah.
Dan ketunggalan Zat-Nya memberikan baka dalam Allah.
Yaitu: fana’ dalam Tindakan, fana’ dalam Sifat, fana’ dalam Zat.
Shaykh al-Alawi membimbing dalam Diwannya:
“Mulk dan Malakut maupun Jabarut seluruhnya adalah Sifat, dan Zat menetapkanNya. Undur dirilah dari Sifat dan fana’kan dirimu dalam zatnya zat. Inilah berbagai isyarat yang akhirnya membawa ke Allah.”
Fana’ benar-benar memiliki arti seperti apa yang dinyatakan. Inilah kematian dalam makna, didasari pada hilangnya sifat-sifat, bahkan kehidupan itu sendiri. Ia akan dicapai melalui rangkaian proses indah pengunduran diri dari indrawi, melalui zikir Ism al-Adhim hingga bahkan Asma-nya, hubungan terakhir dengan kesadaran lenyap. Dari kedalaman Kehampaan Asali rahasia-rahasia dan cahaya-cahaya bermunculan. Si pencari akan melintas melalui berbagai langit, masing-masing dengan warnanya sendiri dan makna-maknanya. Nur ala Nur. Hingga tajalli agung yang menyingkap rahasia dan mengindikasikan Allah.
“Makna Zat akan terwujud dari kesempurnaan fana’, maka engkau akan memperoleh baka, kaya bersama Allah sepanjang sisa hidupmu!”