Fakir, keterpilihan* memiliki fadilat, ketinggian derajat dan kesetimbangan. Keterpilihan itu seperti mempelai cantik yang penampilannya begitu cantiknya. Tidak ada yang mendapatkan dan menikmati fadilatnya, kecantikannya dan berbagai pesona yang dimilikinya kecuali dia yang telah menaklukkan syahwatnya. Dia menempatkan rasa lapar di tempat kekenyangan. Dia menempatkan diam ditempat bercakap-cakap, tetap berjaga di waktunya tidur, kehinaan ditempat kemuliaan. Kami bisa katakan bahwa dia menempatkan sifat-sifat terpuji ditempat sifat-sifat tercela. Inilah dia yang menikmati fadilatnya, keindahan dan berbagai pesona yang dimilikinya. Dialah yang menyaksikan Rabb-nya, Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya sallallahu’alayhi wassalam. Dialah yang hidup di dunia ini dan memperoleh keuntungan padanya. Dia inilah ahli tarekat. Dialah bani Adam. Dia ini alim. Dialah yang Sunni. Dia inilah Arifin. Dia itulah sufi. Dialah sang rijal. Dialah yang bergembira saat ada musibah, sedang saatnya tidak gembira pada musibahnya.
Sedangkan dia yang hatinya dipenuhi sifat buruk, dia tidak menikmati keterpilihan, dan dia tidak berharap menyaksikan Rabb-nya Subhanahu wa Ta’ala atau Rasul-nya sallallahu ‘alayhi wasalam. Dia harus membersihkan hatinya dari tiap-tiap sifat buruk sebagaimana telah kami sebutkan. Kemudian, jika Allah berkehendak, dia bisa mendapatkan apa yang diidamkannya.
Salam.
Catatan :
*) Dalam teks Bahasa Inggrisnya menggunakan term Election – maknanya terpilih oleh/pilihan Allah: kedekatan pada-Nya. Atau bisa juga preferensi. pre·fe·ren·si /préferénsi/ n 1 (hak untuk) didahulukan dan diutamakan daripada yang lain; prioritas; 2 pilihan; kecenderungan; kesukaan
Dalam 100 Langkah, yang bisa lebih menjelaskan makna tersebut agaknya terdapat pada penjelasan Taraqqi, Langkah ke-87 : https://100langkah.com/blog/2021/12/24/langkah-kedelapanpuluh-tujuh-taraqqi/