Yakin, sungguh-sungguh percaya, memiliki tiga tahapan:
Ilm al-yaqin keyakinan karena ilmu.
Ayn al-yaqin keyakinan karena penyaksian.
Haqq al-yaqin keyakinan karena kebenaran.

Hal ini dapat dipandang sebagai pendalaman atas tiga unsur dasar, yaitu syari’at, tariqat, dan haqiqat.
Kini, kita telah melangkah dari tatanan konsep menuju derajat berikutnya, yakni pengalaman. Selanjutnya, kita sudah siap untuk melihat bahwa Islam, Iman, dan Ihsan bukan sebagai dalil-dalil semata, melainkan sebagai tahapan-tahapan dalam pengalaman hidup yang sebenarnya.

Tahapan pertama dari yakin adalah kemampuan untuk memercayai wahyu dan sang Pembawa Wahyu. Inilah landasan kemanusian seseorang dalam kemampuannya untuk mengenali dan memercayai rasul sejati. Kepercayaan atas kebenarannya manusia lain adalah cerminan kepercayaan atas diri sendiri. Kondisi ini yang akan kemudian membimbing seseorang kepada pengakuan batin atas keaslian bagaimana keadaan diri dan sejatinya, dirinya-sendiri.

Tahapan kedua dari yakin merupakan tahapan penting bagi perjalanan selanjutnya. Anda harus memastikan keberadaan batiniah Anda sendiri. Inilah masa ujian dan arena keberangkatan. Karena manusia itu lemah dan tahapan kedua ini sulit. Bagi seseorang yang memiliki keberanian, mereka akan sampai pada pengesahan batin langsung tentang haqiqat semesta alam raya dan sekaligus permata jati-diri kekal abadi yang sejatinya adalah Cahaya, dan bukan lagi sebuah bayangan yang tinggal dalam objek membusuk, yaitu jasad ini.

Adapun tahapan yang terakhir, kita tiba di Haqq al-yaqin. Apakah itu? Al Qur’an menyatakan hal tersebut sebagai kematian itu sendiri. Matilah dalam kematian maknawiyah maka Anda akan tiba pada keyakinan dalam kehidupan.

Raja Mahmudabad menjelaskannya sebagai berikut:
Anda dikabari ada kebakaran hutan.
Anda tiba di kebakaran hutan, dan menyaksikannya.
Anda-lah kebakaran hutan itu sendiri.