Nasehat Shaykh Abdalqadir al-Jaylani rahimahullah dalam al-Fath al- Rabbani wa al-Faydh al-Rahmani (Pendar Kearifan, Penerbit Serambi, hal. 13).
Shaykh memberi wejangan kepada murid-muridnya: “Wahai orang fasik, takutlah kepada (firasat) seorang mukmin. Jangan memasuki ruangannya sementara tubuhmu berlumuran maksiat kepada Allah. Karena, dengan cahaya Allah, ia dapat melihat apa yang terjadi dalam dirimu. Ia dapat melihat kemusyrikanmu dan kemunafikanmu. Ia dapat melihat amaliahmu yang tersembunyi di balik baju yang engkau kenakan. Ia dapat melihat cacat dan borok batinmu. Siapa yang tidak bisa melihat orang yang berbahagia, ia tidak akan berbahagia. Engkau ini pandir, dan selalu bergaul dengan orang-orang pandir.”
Salah seorang muridnya, yang merasa belum bisa melihat batin orang seperti yang disebutkan Shaykh di atas, bertanya, “Sampai kapan kami tidak dapat melihat?”
Shaykh menjawab, “Sampai engkau berobat kepada ‘dokter’ dan mengetuk pintu rumah-rumahnya, bersangka baik kepadanya, membuang jauh-jauh dari hatimu segala prasangka buruk kepadanya. Ambil anak-anakmu dan berobatlah kepadanya, bersabarlah mengikuti terapinya, dan konsumsilah obat pahit yang diberikan kepadamu. Saat itu, matamu akan terbebaskan dari kebutaan.”
“Tunduk dan rendah hatilah kepada Allah, sampaikan segala keperluanmu kepada-Nya. Jangan menganggap amal baik telah kau lakukan. Berpikirlah bahwa amal baikmu dapat terwujud karena karunia Allah, anggap dirimu tidak berdaya untuk berbuat amal baik apa pun.”
“Tutuplah pintu makhluk rapat-rapat, dan bukalah lebar-lebar pintu antara engkau dan Allah. Akuilah semua perbuatan burukmu di hadapan Allah, mohon ampun kepada-Nya atas semua kesalahan dan kekurangan amalmu. Yakinlah bahwa tidak ada yang dapat memberi mudarat, tidak ada yang dapat memberi manfaat, tidak ada yang dapat memberi, tidak ada yang dapat mencegah kecuali Allah. Saat itu, kebutaan mata hatimu akan sirna; mata batinmu akan berfungsi dengan baik.”