Kemudian ungkapan Shaykh Abu Madyan rahimahullah bahwa putus asa adalah kelapangan maksudnya yaitu berputus asa dari makhluk. Sebab, orang yang tidak lagi berharap kepada makhluk, hatinya tidak terikat dan tidak bergantung kepada milik orang lain. Ia merasa cukup dengan apa yang dianugerahkan Allah kepadanya.

Seseorang datang kepada Nabi sallallahu alayhi wassalam dan berkata, “Nasihatilah aku, wahai Rasulallah!”
Beliau bersabda, yang artinya, “Jika hendak shalat, shalatlah seperti shalat orang yang hendak berpisah dengannya. Jangan mengutarakan sesuatu yang kira-kira esok kau meminta ampunan karenanya. Jangan harapkan sesuatu yang ada di tangan manusia.” (H.R Ibn Majah 2/1390).

Seseorang berkata, “Wahai Rasulallah, tunjukkan kepadaku sebuah amal yang jika kukerjakan akan membuatku dicintai oleh Allah dan manusia.”
Rasul bersabda, yang artinya, “Zuhudlah terhadap dunia, pasti kau dicintai Allah. Dan jangan berharap terhadap apa yang di tangan manusia, pasti kau dicintai mereka.”(H.R Ibn Majah 2/1370).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

نَحۡنُ قَسَمۡنَا بَيۡنَهُم مَّعِيشَتَهُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۚ ٣٢
32. … “Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia.”
(Surat al-Zukhruf ayat 32)

Barang siapa yang menelaah Kitabullah dan sunnah Rasulallah sallallahu alayhi wassalam secara seksama akan mengetahui bahwa segala urusan sudah ditentukan. Karena itu, hatinya akan tenang dan lapang. Ia tidak berharap kepada apa yang ada di tangan manusia. Ia hadapkan hatinya pagi dan petang kepada Allah.

Shaykh Abu al-Hasan al-Shadhili rahimahullah berkata, “Andai kau bersumpah kepada Allah dengan (derajat) para nabi dan kalangan shiddiqin agar Dia mengurangi sedikit saja apa yang telah dijatahkan untukmu, niscaya jatahmu tidak akan berkurang sedikit pun.”
Wahai saudaraku, renungkanlah ucapan ini dengan seluruh hatimu sehingga kau tidak lagi berharap kepada makhluk dan menggapai apa yang kau inginkan.

Lalu Shaykh Abu Madyan rahimahullah menyebutkan bahwa zuhud adalah kesehatan, karena hakikat zuhud adalah meninggalkan yang berlebih. Jika kau meninggalkan sesuatu yang berlebih, niscaya hatimu bersih dari penyakit bergantung kepada makhluk sehingga kau pantas berada di hadapan Khalik. Tidak ada penyakit yang lebih hebat daripada sibuk bergantung kepada makhluk. Sebaliknya, tidak ada kesehatan yang lebih sempurna daripada sibuk bersama Zat Yang Maha Mulia dan Maha Pengampun.

Kemudian Shaykh Abu Madyan rahimahullah menuturkan bahwa lalai dari Allah adalah kerugian. Tidak ada kerugian yang lebih dahsyat daripada neraka dunia bagi kaum yang lalai serta siksa di kehidupan ini bagi mereka yang jauh dari-Nya.

Abu Yazid rahimahullah berkata, “Aku melihat siksa Allah yang paling hebat menimpaku. Tidak ada siksa yang lebih hebat dibanding kelalaian.”
Ibn Athaillah mengatakan dalam al-Hikam, “Nikmat yang dilimpahkan kepada manusia meliputi beragam wujud. Namun, semuanya dihimpun dalam penyaksian kepada-Nya. Itulah nikmat yang paling agung dan paling meliputi. Sebaliknya, siksa muncul dalam wujud yang beragam, tetapi seluruhnya dihimpun dalam wujud keterhijaban dari-Nya. Sebab, siksa adalah keberadaan hijab dan kesempurnaan nikmat adalah penyaksian wajah-Nya Yang Mahamulia.”

Saudaraku, jika kau ingin selalu berada bersama-Nya agar kau terus merasakan nikmat yang sempurna maka kau harus meluruskan taubat sebelum berkehendak. Dengan cara itu, pasti kau meraih kekuasaan yang agung dan mulia ini.

 


Hikmah ini disampaikan oleh Muqadim Malik Abdalhaqq di Majelis Wirid Qadiriyah, Syadziliyah, Darqawiyah Bandung, 19 Desember 2020.