Waqt yaitu waktu, berarti saatnya. Shaykh Al-Akbar menyebutnya: “Ia menentukan keadaanmu pada saat keadaan itu. Ia tidak terikat masa lalu atau masa depan.” Dengan penjelasan mendalam dan khusus ini dapat dipahami bahwa waktu bukanlah ‘sekarang ini’. Ia adalah saat ketika Al-Haqq dikenali. Waktu adalah sisi tajam pedang tetapi bukanlah bidang kanan atau kirinya pedang itu sendiri. (Disini si faqir haruslah diperingatkan untuk tidak menggunakan kosakata Ilmu Tasawuf di luar arena tindakannya pada kejadian sehari-hari umumnya karena ini dapat merusakkan perkembangannya).
Dikatakan bahwa: “Si Sufi adalah hamba saatnya.” Maknanya adalah ia selalu sadar dan siap untuk mengenali Al-Haqq dalam apa-apa yang diberikan Al-Haqq kepadanya, pada saat itu. Oleh karenanya tidak ada ketidaksengajaan, bahkan yang ada hanya Al-Haqq, sehingga ketika saatnya dikenali, seakan-akan si pencari terbangun dari tidurnya wawasan umumnya. Istilah ini digunakan secara jamak dalam arti ‘waktu-waktu yang disiapkan’: kita berkata -menyusun waktu. Ini artinya menyiapkan lebih banyak waktu untuk dhikir dengan fikir. Tingkatkan himma sehingga senantiasa waspada atas Kehadiran segera.
Sejak kini yang terjadi adalah si pencari semakin waspada pada betapa pentingnya kenyataan dari waktu yang dijalani. Masa depan adalah kutub positif dan masa lalu adalah kutub negatifnya, jika digabungkan mereka berterusan berubah wujud menjadi pengisian arus listrik saat ini. Kesadaran seperti ini didasari oleh dhikir dan fikir dan himma. Sarana terkuat pada jenjang ini adalah hadra yang panjang (atau raqs : tarian nafas).