Dari nasehat Shaykh Abdalqadir al-Jaylani rahimahullah dalam al-Fath al- Rabbani wa al-Faydh al-Rahmani (Pendar Kearifan, Penerbit Penerbit Serambi, hal. 76).
Engkau mengaku mencari keridaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tetapi engkau malah mencari pujian manusia. Engkau laksana orang yang berkata, “Saya akan pergi ke Mekkah”, tetapi ia malah menuju Khurasan. Tentu saja ia jauh dari Mekkah. Engkau mengaku bahwa hatimu telah ‘keluar’ dari manusia, namun engkau masih takut pada kecamannya dan mengharapkan pujiannya. Lahirmu sujud tetapi batinmu gemar kesenangan duniawi. Lahiriahmu mencari rida Allah, tetapi batiniahmu mencari pujian manusia.
Persoalan mencari rida Allah tidak cukup dengan pengakuan lisan. Mencari rida Allah menuntutmu tidak mencari pujian manusia, tidak mencari balasan dunia, tidak pula balasan di akhirat, tidak mencari apa pun selain Allah seutuhnya. Dia Maha Esa dan tidak menerima kecuali yang satu. Dia Maha Esa dan tidak menerima sekutu. Dialah yang mengatur seluruh urusanmu. Karena itu, laksanakanlah apa yang Allah perintahkan kepadamu.