Ash-Shurb berarti minumannya. Merasakan yang terus meningkat menjadi minuman.
Shaykh al-Kamil dalam Diwannya berkata, “Kekasihku memberiku satu minuman dari cinta suci, maka aku menjadi yang dikasihi di semua jalan.” Ia juga berkata, “Sang Kekasih memberi kita minuman cinta untuk diteguk yang memaksa segalanya, kecuali Sang Kekasih, lenyap. Kita melihat berbagai makhluk ciptaan sebagai partikel debu murni, kita saksikan Cahaya-cahaya muncul terang-terangan.”
Sifat minuman ialah meningkatnya makna, dan karenanya, penurunan dalam indra. Ketika dirimu lenyap, cahaya nampak. Tentang keadaan ini, Sidi Ali al-Jamal menasehati, “Rileks inteleknya dan belajarlah berenang!”
Tidak ada yang mencegah si kekasih kembali dari merasakan dan minuman kecuali ketidaksucian. Jika ketidaksucian itu dihilangkan maka seakan pikiran itu sendiri menjadi satu tanda yang harus dihapus, bagaimanapun buruk atau tepatnya. Seperti kata Sultan para Pecinta berkata: “Dalam mengenang Sang Kekasih, kita dengan cepat meneguk arak antik yang membuat kita mabuk sebelum penciptaan anggurnya!”
Shaykh al-Akbar berkata, “Pertengahan tajalliyat yang akhirnya berada pada setiap maqam.”