Ada seorang wanita yang merupakan salah seorang kekasih Allah, semoga Allah menjadikan banyak yang sepertinya! Bisikan waswas telah menguasainya selama beberapa tahun dan telah sungguh-sungguh membuatnya tertekan. Demikian ekstremnya waswasnya sehingga pada waktu-waktu tertentu ia berhenti bicara karena kuatnya intensitas kecemasan dan penderitaannya. Saya telah menasihati dan mengingatkannya agar tidak mendengarkan pada celoteh nafsunya sepanjang rentang waktu tersebut.

Kemudian putranya menulis surat kepadaku perihal ibunya. Saya menjawabnya dan berkata, “Demi Allah, hanya ada kebaikan pada ibumu. Tidak ada keburukan padanya kecuali bahwa ia mendengarkan pada seluruh ilusi yang sampai kepadanya. Ilusi itu tidak berdasar. Kami telah menyampaikan hal itu kepada ibumu, dan kami telah mengingatkannya dan memperingatkannya tentang itu semampu kami.” Bagian dari apa yang saya katakan padanya ialah bahwa bisikan waswas pernah menguasai diriku dan membuat saya membayangkan perkara yang mustahil. Misalnya bisikannya berkata padaku, “Lihatlah ke langit. Ada panah-panah api yang akan membakarmu dari kepala sampai kaki meluncur darinya.” Saya melihat ke langit dan, seperti yang dikatakan suara itu, panah-panah api itu meluncur menjatuhiku. Saya tidak tahu berapa kali hal itu berlangsung, hingga dadaku terasa amat sempit dan saya merasa tertekan dan bersedih. Lalu saya pergi ke suatu tempat yang terpencil dengan niat untuk membunuh nafsuku. Allah-lah saksi dari apa yang kami katakan. Selanjutnya saya berkata, “Satu-satunya perkara yang bisa saya lakukan ialah menyerahkan keinginan saya tentang diri saya kepada Allah. Ia bisa melakukan apapun yang dikehendaki-Nya padaku, apakah itu kebahagiaan atau kesengsaraan.” Lalu saya sepenuhnya menghindari mengucilkan diri dan sungguh-sungguh melarikan diri darinya. Saya kemudian membiasakan bercakap-cakap dengan khalayak dan tidak memisahkan diri dari mereka. Saya terus bercakap dengan mereka dan tidak pernah diam selama beberapa waktu. Kemudian saya sungguh-sungguh lupa kepada berbagai bisikan itu karena keluasan karunia Allah. Segala kecelakaannya telah meninggalkan saya, yaitu berbagai bentuk pikiran mustahil yang saya bayangkan akibat ilusi itu telah menyisih dari saya dan sepenuhnya terhapus. Tidak ada jejaknya yang tertinggal. Saya tidak menambahkan apapun pada ibadah yang wajib dan mu’akadah yang telah diamarkan Allah. Lalu karunia besar dan sebuah sir yang jelas tampak kepada saya. Alasan dari terjadinya itu ialah karena saya telah menyerahkan keinginan saya kepada Rabb saya untuk melakukan apapun padanya sekehendak-Nya. Ia bisa membuat saya bahagia atau sengsara, memberi rahmat atau mengazab saya, membawa saya mendekat atau menjauhkan saya, memasukan saya ke Taman atau memasukkan saya ke Api. Saya memperoleh pertolongan dari apa yang telah membuat saya menderita dan, karena Allah, saya sungguh-sungguh rida. Alhamdulillah washukrulillah!

Tidak ada keraguan bahwa bisikan waswas itu dilipatgandakan jika seseorang berkhalwat atau berdiam diri. Jika Amina berlaku seperti apa yang kami lakukan, maka bisikan itu akan menyisih darinya. Tidak ada keraguan pula bahwa bisikan waswas hanya menimpakan dirinya kepada khalayak yang terbaik. Dengarkan apa yang terjadi kepada Shaykh asy-Syadzili, semoga Allah meridainya. Beliau mengabarkan: “Suatu malam saya sedang membaca [surat An Naas] “Katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia, Raja manusia, Ilah (Sembahan) manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”” Lalu dikatakan kepada saya, “Kejahatan dari pembisik ialah si pembisik yang datang antara dirimu dan Kekasih-mu. Ia membuatmu lupa kasih sayang-Nya dan mengingatkanmu pada berbagai perilaku amal burukmu. Ia mengecilkan apa saja yang baik dan membesarkan apa yang buruk agar engkau berpaling dari bersangka baik kepada Allah dan Rasul-Nya. Waspadalah terhadap pintu ini! Banyak orang – ahli ibadah, mereka yang zahid, mereka yang sidik dan bersuluk – telah tertawan olehnya.”

Shaykh Ibn ‘Abbad juga mengabarkan perkataan Ibn ‘Atha’illah, “Siapa saja yang mengungkapkan dirinya dari tikar kebaikan dirinya sendiri, dibungkam oleh perilaku buruknya kepada Rabb-nya. Siapa saja yang mengungkapkan dirinya dari tikar kebaikan Allah, tidak akan dibungkam oleh keburukan perilakunya sendiri.” Shaykh Ahmad ibn Abi’l-Hawari berkata, “Saya mengeluh kepada Shaykh Abu Sulayman ad-Darani tentang si pembisik waswas. Beliau berkata, “Jika engkau ingin agar ia tidak mengganggumu, maka kapan pun engkau merasakan kehadirannya, bergembiralah. Jika engkau bergembira, ia akan meninggalkanmu karena setan itu amat sangat bencinya kepada kegembiraan mukminin. Jika engkau merasa susah karenanya, gangguannya akan meningkat.” Bagian dari apa yang mengkonfirmasi ini ialah apa yang dikatakan salah seorang Imam, “Dia yang imannya sempurna itu diganggu oleh si pembisik waswas. Si pencuri tidak akan repot-repot memasuki sebuah rumah yang telah runtuh.”” (al-Jawahir al-Hisan).
Salam.

 


Catatan :
Pada penerbitan edisi lama, Surat 243 ini adalah Surat 199.