Mengenai pakaian bertambal, meminta-minta, tidak memakai penutup kepala, berjalan telanjang kaki, duduk di tumpukan sampah sembari berhati-hati terhadap najis, makan di pasar-pasar, tidur di pinggiran jalan, dan berbagai hal yang ada pada beberapa sufi di antara ahli tarekat kita, semoga Allah meridai mereka semua, tidak ada yang benar-benar tahu apakah mereka demikian atau bahwa itu sesuatu yang tidak berdasar kecuali mereka yang ikhlas. Kami berpendapat bahwa ikhlas yang khalis** itulah yang mendorong para ahlinya ke sana, sebab mereka itu, semoga Allah meridai mereka semua, tidak lagi peduli dengan diri-dirinya dan mereka tidak memilih lebih menyukai hal apapun atas hal yang lain. Mereka juga tenggelam dalam samudera pemuliaan sebagaimana Shaykh Abu Said Ibn al-Arabi, semoga Allah meridainya berkata ketika beliau ditanyai tentang fana. Beliau berkata, ‘Fana ialah keagungan dan kemuliaan yang muncul pada si hamba sehingga membuatnya melupakan dunia ini dan Akhirat.’

Allah Maha Tahu, mereka itu sudah demikian sebelum mereka tenggelam dalam samudera pemuliaan, karena sahihnya ikhlas mereka tidak membiarkan mereka melihat pada apapun kecuali apa yang ada antara mereka dan Rabb mereka. Mereka tidak sama sekali menyaksikan apa yang ada antara mereka dan ciptaan-Nya. Inilah makam mereka, semoga Allah meridai mereka.

Kami melihat bahwa ahli ikhlas yang sahih memiliki berbagai hal yang mulia dan ajaib. Mereka hanya bisa dilihat hakikatnya oleh seseorang yang seperti al-Khidr. Lihatlah berbagai kondisi al-Khidr, alayhi wassalam, di Kitab Allah dan kalian akan melihat keajaiban-keajaiban. Beliau membuat lubang di kapal padahal kapal itu dipakai dengan baik oleh pemiliknya dan tumpangannya. Beliau membunuh seorang anak laki-laki namun beliau tidak membunuhnya karena keperluannya sendiri atau karena orang lain. Beliau menegakkan tembok setelah pemiliknya tidak menawari mereka keramahan ketika mereka memintanya. Beliau melakukan itu semua di hadirat Nabi Allah dan dia yang Allah berkalam padanya, Sayyiduna Musa, alayhi wassalam, karena beliau hanya menerima kebenaran dan melakukan apa yang benar, maka pahamilah! Semoga Allah memberi kami dan kalian kepahaman!
Salam.

 


Catatan :

*) Surat 119 dalam edisi yang berbeda.

**) kha·lis a 1 suci; bersih; murni; 2 jujur.