Ketahuilah, semoga Allah merahmati kalian, saya suatu kali sedang bersama wali salih dan sharif Hasani [keturunan Imam Hasan], Abu’l-‘Abbas Sidi Ahmad at-Tahiri, semoga Allah merahmatinya, di Masjid Qarawiyyin. Kami berdua sedang memperoleh tajali kuat. Lalu tiba-tiba dia mengendur – boleh kami katakan dia melemah – hingga dia ngobrol seperti khalayak awam. Saya berkata dengan ketegasan dan gusar, “Jika engkau ingin menang, maka tinjulah hingga dia menyingkir!” Ketika salah seorang saudara mengabariku bahwa dia telah meninju seorang Yahudi tanpa alasan yang benar, hanya karena kesombongan dan ketidakadilan, saya berkata padanya,”Jangan memukul seorang Yahudi, atau seorang Nasrani, atau seorang Muslim. Hantam nafsumu dan terus hantam sampai nafsumu pupus. Itulah yang dibutuhkan!”
Saudara-saudaraku, kalian juga harus berhenti tercebur ke dalam banyak omong karena itulah salah satu godaan terbesar yang tidak sesuai dengan kedudukan kalian dan tidak sepantasnya bagi makam kalian. Hanya bicara tentang kebaikan khalayak karena Nabi, sallallahu ‘alayhi wassalam, bersabda, “Siapa yang tidak berterimakasih kepada khalayak tidak berterimakasih kepada Allah.” Kami berpendapat – dan Allah Maha Tahu – bahwa dia yang tidak berkumpul dengan khalayak, maksudnya dia yang menarik diri dari menemui mereka, tidak menyaksikan Allah dengan penyaksian sempurna sebab dia yang sempurna penyaksiannya ialah dia yang tidak tertabiri dari Sang Maha Pencipta oleh makhluk dan tidak tertabiri dari makhluk oleh Sang Maha Pencipta. Dia tidak tertabiri oleh pemisahan dari penyatuan dan oleh penyatuan dari pemisahan. Dia tidak tertabiri dari akibat karena penyebab dan tidak tertabiri dari penyebab karena akibat. Dia tidak tertabiri dari hakikat karena syari’at Muhammad dan tidak tertabiri dari syari’at Muhammad karena hakikat. Dia tidak tertabiri dari suluk oleh jadhb dan tidak tertabiri dari jadhb oleh suluk, dan seterusnya. Dia telah tiba. Dia sempurna. Dia arifin. Dia yang berlawanan dengannya pasti binasa, kecuali si majdhub yang sepenuhnya terlepas dari seluruh inderanya. Maka si majdhub tidak binasa.
Salam.