Fakir, dengarkan! Saya mau siapapun yang mengikuti teladanku untuk melaksanakan salat wajib dan sunah muakad, lalu berziarah kepada para shaykh tarekat, Imam al-Ghazali di Andalusia, Sidi Ibn al-‘Arabi al-Ma’afiri, Sidi ‘Ali ibn Harazim, Sidi ‘Abdullah at-Tawdi, junjungan kami Sidi ‘Ali al-Jamal dan para shaykhnya, putra-putranya Ibn ‘Abdullah, dan para shaykh mereka, semua junjungan di Fes. Mereka semua ada di Fes. Begitu pula, dia harus menziarahi Shaykh Abu Ya’za al-Maghribi di Taghiya, Abu Madyan al-Ghawth di Tlemcen, Moulay ‘Abdu’s-Salam ibn Mashish di Jabal al-‘Alam, dan yang seperti mereka di Barat dan di tempat lain. Mereka itu banyak, semoga Allah meridai mereka semua. Mereka hanya dikenali oleh dia yang sudah mencapai makam mereka atau yang mengikuti jejak mereka dan jejak itu membawanya ke mereka. Jejak itu penunjuk kepada yang telah menempuhnya. Ini rupanya hanya dikenali oleh dia yang ikhlas dan cerdas akalnya di kalangan khalayak ulama yang bertakwa, semoga Allah rida pada mereka. Tidak seorangpun selain mereka yang kenal itu.

Tidak diragukan bahwa khalayak awam menjadikan orang-orang di masanya sebagai para shaykh. Lalu mereka membiarkan mereka itu berada dalam khianatnya, yaitu berbagai syahwat mereka. Walau demikian mereka mengira bahwa para shaykh mereka itu ialah para shaykh tarekat. Mereka sama sekali tidak mengenali para shaykh itu. Mereka itu bagian dari khalayak awam ahli tradisi. Mereka biasa menempatkan derajatnya di atas derajat mereka, dan mereka mengira bahwa mereka memiliki derajat sang Kutub. Mereka tidak menerima jika ada yang lain yang berderajat Kutub, apapun yang engkau sampaikan pada mereka. Jangan sibukkan diri membicarakan perihal itu kepada mereka. Demi Allah, tidak begitu, perihalnya tidak seperti yang mereka yakini. Bahkan sebaliknya dari apa yang mereka yakini. Tidak diragukan bahwa emas hanyalah dikenali ahli emas. Sedangkan bagi selain ahlinya, kadang mereka temukan itu tergeletak di tanah dan tidak mereka ambil dan tidak pedulikan karena mereka mengira itu kuningan, tembaga, atau pirit*. Kadang mereka menemukan kuningan, tembaga atau pirit dan mengira itu emas. Lalu mereka ambil dan bawa dan mengira bahwa itu lebih berharga dari kekayaannya sendiri.

Begitulah kondisi mereka sepanjang waktu. Betapa jauhnya dari urusan sejatinya! Ini karena para shaykh tarekat itu, sebagaimana telah kami sampaikan di pengajaran kami, sedemikian rupa adanya, sehingga mereka itu hampir-hampir ialah nabi, sallallahu wa ‘alayhi wassalam kepada Nabi kita dan mereka, karena mereka mewarisi sifat dari sifat Nabi-nabi dan kaifiat** mereka dari kaifiat para Nabi. Lahiriahnya mereka insan, dan batiniahnya ialah ilahiah. Lahirnya mereka menempuh suluk dan batinnya majedub. Lahir mereka lerai dan batin mereka merangkum, dan sebagainya. Bagaimana mungkin sifatnya menyerupai yang lain jika terdapat jarak tak terkira di antara ke dua sifat itu – atau bisa kita katakan, dua hal, atau dua arah?

Fakir, jangan menggambarkan setiap shaykh kecuali dengan penjelasan yang telah diberikan Allah kepada mereka. Jangan pernah menggambarkan mereka dengan apa-apa yang tidak dijelaskan Allah terhadap diri-diri mereka. Jika dia secara lahiriah alim, maka sampaikan demikian. Jika dia secara batiniah arif, maka jelaskan seperti itu. Kami dapat katakan, jika mereka salah seorang ahli takrir***(dalil) dan paparan (perawian), maka berikan penjelasan seperti itu. Jika dia ahli syahadat dan tafakur, maka sampaikanlah demikian. Jangan memanggil pengendara kuda sebagai seorang fakih atau seorang fakih sebagai seorang pengendara kuda. Jangan katakan sang ketua bukan seorang ketua, atau dia yang bukan seorang ketua sebagai ketua. Ini hal yang biasa dilakukan banyak pelajar jahil di surat-surat mereka. Tidak ada keraguan bahwa menziarahi para shaykh, semoga Allah meridai mereka, memiliki kebajikan besar dan sir jelas Shaykh Ibrahim at-Tazi, yang dimakamkan di Oran, semoga Allah meridainya, berkata:

“Ziarahi para junjungan takwa. Temui mereka –
itu menyembuhkan dan itu kunci ke pintu-pintu bimbingan dan kebaikan.”

Dan seterusnya hingga ke akhir diwannya yang berharga.

Fakir, kami sungguh-sungguh mendorongmu dan siapapun yang mengikuti kami untuk senantiasa melaksanakannya jika memungkinkan. Engkau harus juga mengunjungi para ahlinya sepanjang mereka masih hidup. Dia haruslah melaksanakan apa yang akan merendahkan nafsunya karena itu salah satu syarat bertarekat. Dia tidak boleh melakukan apa yang akan mengukuhkan meningginya nafsu sebagaimana yang dilakukan kebanyakan orang kecuali pengecualian yang langka. Pengecualian yang langka itu tidak ada aturan umumnya.

Salam.

 


Catatan :

*) pi·rit n mineral yang mengandung besi dan belerang

**) kai·fi·at Ar n 1 keadaan menurut sifatnya; sifat (tabiat) yang asli;2 cara yang khusus (baik)

***) tak·rir1 n peneguhan kebenaran dengan alasan: guru itu — nya banyak lagi dalam