Dikutip dari https://shaykhabdalqadir.com/quranic-commentary/

“…Jadi, seseorang bisa menjadi aleman karena memperoleh kelapangan. Seorang yang lain bisa jadi kolokan karena dia tidak mampu menerima kesempitan. Mukmin yang kuat tidak terganggu karena kelapangan. Ibn Ata’illah berkata di kitab Hikam, ‘Hari-hari penuh cobaan ialah hari Id-nya para Sufi.’ Karena itu bermakna Allah memperhatikanmu, Dia sedang membentukmu, Dia sedang menjadikanmu, Dia sedang memasakmu! Dia telah memberimu bentuk ini dan terdapat petunjuk padanya. Mukmin itu mau menerima hidayah, dan yang jahil tidak mau menerima hidayah itu. Perbedaan antara Mukmin dan kafir itu: keduanya sama-sama tahu, dan yang Mukmin tahu bahwa itu berasal dari Allah dan ia menerima bahwa itu berasal dari Allah. ‘Alhamdulillahi ‘ala kulli Hal’ – Segala puji hanya milik Allah di seluruh keadaan – tidak hanya ketika segalanya baik! Apapun yang terjadi, di setiap keadaan, ‘Alhamdulillah’. Maka orang itu memiliki suatu kesetimbangan batin…”