Bagi ahli makam fana, semoga Allah meridai mereka, Zat Allah ialah sumber Sifat-Sifat-Nya sebab ketika mereka mengalami fana, mereka hanya menyaksikan Zat-Nya. Ketika mereka menyaksikannya, mereka tidak melihat selainnya kecualinya. Karena itulah mereka disebut sebagai zatiyyun (penyaksi zat). Zat Allah memiliki kesempurnaan, kemuliaan dan keindahan sedemikian adanya sehingga seluruh akalnya mereka yang khusus kewalahan atasnya, apakah lagi khalayak awam. Itu karena ia menjadi terus menerus menjadi semakin bagus dan lembut hingga ia hilang melalui bertambahnya intensitas kelembutan dan kebagusannya. Ketika ia hilang, ia berkata kepadanya sendiri, “Kesempurnaan-Ku, keagungan, keindahan, kemuliaan, ketinggian dan derajat tiada berakhir. Ia telah hilang dan tak berwujud. Kesempurnaaan itu bukanlah kesempurnaan karena sempurna, kecuali jika ia hadir dan absen, lembut dan tebal, dekat dan jauh, indah dan gagah, dan selanjutnya.” Ia menginginkan perwujudan ini dan berkata, “Bagaimana aku akan mewujudkannya?” sementara ia telah mengetahuinya. Ia berkata, “Saya kan menjadi tebal dan berubah-ubah. Ia melakukan itu.

Itulah zat-zatnya, atau bisa kita katakan, bentuk-bentuk yang wujud sedemikian dan absen sedemikian, tebal dan lembut, tinggi dan rendah, dekat dan jauh, maknawi dan inderawi, indah dan gagah. Seluruhnya ialah Zat. Jika engkau mau, engkau bisa berkata, mereka itulah bentuk-bentuk yang dengannya mewujudkan keindahan. Ia hanya wujud padanya sendiri karena hanya ada ia, Zat, dan tidak ada selainnya. Salah seorang shaykh tarekat dari saudara-saudara kita di Timur, semoga Allah meridai mereka, berkata:

Seluruhnya keindahan, keindahan Allah.
Tak ada keraguan padanya.
Keraguan menguasai
noda-noda akalnya.

Wahai engkau yang mendatangi sumbernya,
keraguan hilang setelah pencapaian.

ZatNya ialah sumber Sifat-SifatNya.
Tak ada keraguan atas makna-maknanya.

Lebih banyak yang sudah dikatakan perihal makna ini oleh para shaykh Tarekat di Timur dan Barat, semoga Allah meridai mereka semua.

Faqir, jika engkau memahami isyarat dan ibarat kami, maka Allah memberkahi. Jika tidak, maka periksalah sifatmu, maka Allah akan menolongmu dengan Sifat-Nya. Semoga Allah merahmati kalian! Ketahuilah bahwa jalal itu Zat dan jamal itu Sifat-Sifat. Zat itu sumbernya Sifat-Sifat, sebagaimana demikian itu bagi seluruh ahli makam fana, semoga Allah meridai mereka semua, seperti yang telah kami katakan. Hal-nya tidak demikian terhadap yang lain, para junjungan kami, ahli ilmu lahiriah, semoga Allah meridai mereka. Tidak ada keraguan bahwa yang lahiriah itu jalal sepenuhnya dan yang batiniah jamal sepenuhnya. Hanya saja, yang lahiriah meminjamkan sebagian jalalnya kepada yang batiniah sebagaimana yang batiniah meminjamkan sebagian jamalnya kepada yang lahiriah. Sehingga yang lahiriah menjadi jalal-jamal, dan yang batiniah menjadi jamal-jalal. Jalalnya lahiriah, itu, nyata dan jamalnya itu pinjaman, sebagaimana jamalnya yang batiniah itu nyata dan jalalnya itu pinjaman. Ini hanya dikenali oleh dia yang telah mencebur kedalam ilmu para ahlinya sebagaimana kami telah mencebur, dan yang telah menenggelamkan diri padanya sebagaimana kami telah menenggelamkan diri kami, dan telah fana padanya sebagaimana kami telah fana padanya, semoga Allah meridai kami.

Faqir, dengarkan apa yang dikatakan Shaykh Muhammad ibn Ahmad al-Ansari as-Sahili di kitabnya, Bughyat as-Salik fi Ashraf al-Masalik (Tujuan Salik di Jalan-jalan Setapak Terpuji): “Ketahuilah, semoga Allah menerangi hati-hati kita dengan berbagai cahaya makrifat dan membawa kita di atas jalan setiap wali arifin! bahwa makrifat ialah akhir makam ihsan dan akhir dati tahapan-tahapannya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya,” (Surat Al-Anaam [6] ayat 91) yaitu mengenali-Nya sebagaimana seharusnya Ia dikenali. Dan Allah Ta’ala berfirman, “Kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan mereka mengenali kebenaran,” (Surat Al-Maidah [5] ayat 83). Rasul, salallahu alayhi wassalam, bersabda, “Penyangga rumah itu ialah landasannya. Penyangga din ialah makrifat pada Allah.” Yang dimaksud dengan pengenalan/makrifat di sini, menurut kami ialah menjadikan hal tafakurnya teguh dibarengi perilaku adil serta mengikuti hikmah. Ini bukan istilah yang biasa digunakan ahli fikih. Mereka menyatakan bahwa pengenalan/makrifat itu ialah ilmu tentang aturan-aturan. Secara menyeluruh, makrifat dapat secara sahih diterapkan atas ilmu seperti itu, namun sesuai syarat paling khususnya itu berarti makrifat kepada Allah Ta’ala melalui makna-makna Asma-Asma dan Sifat-Sifat tanpa pemisahan antara Sifat-Sifat dan Zat-Nya. Inilah makrifat yang muncul dari sumber kebersamaan, yang diambil dari ikhlas khalis sempurna, dan diberikan ekspresi dari sir diri yang senantiasa hadir bersama Allah Ta’ala.

Beliau berkata, semoga Allah meridainya, “Jika ini menjadi kokoh, maka makrifat yang diisyaratkan itu ialah tujuan para salik dan akhir dari mereka yang bersafar kepada Allah Ta’ala, dan itulah sifat yang menjadi harga bayaran yang mereka pertukarkan diri mereka kepada Allah Ta’ala. Jika hari ini tidak ada yang tersisa kecuali namanya saja dan bukan yang diberi nama, kami akan tetap terus mengutarakan hal-hal tentang mereka dan mempraktikkannya sehingga dengan itu kalian akan tahu seberapa besar kita telah kehilangan dari Allah Ta’ala dan kalian akan mengenali bagaimana mereka yang karib itu telah mendahului kalian, juga apa yang telah diperolehi para arifin, dan apa yang telah ditolak oleh mereka yang tidak mampu dan para talib. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.”
Salam.