Nafsu dan ruh ialah dua nama bagi benda berasal dari sumber cahaya, dan Allah Maha Tahu. Ia menjadi ganda karena dijelaskan oleh dua sifat: mereka murni dan keruh. Sepanjang nafsu itu keruh, maka nama nafsu itu benar baginya. Jika kekeruhan menyingkir dan ia menjadi bersih dan cemerlang, maka hanya nama ruh yang sahih baginya. Kami melihat bahwa mereka itu saling mencintai satu sama lain karena mereka itu berdekatan satu sama lain, dan keduanya memiliki kesempurnaan, keindahan, kedudukan, dan harmoni. Jika Allah berkehendak menjadikan salah seorang hamba-Nya menjadi seorang wali, Dia menyatukan keduanya bagi si hamba, yaitu meletakkan salah satu di genggaman yang lain. Itu terjadi ketika nafsu kembali dari syahwat yang telah menguasainya dan menjauhkannya dari keluarga dan tanah airnya, serta menanggalkan kesempurnaan, keindahan, kecemerlangan, kemuliaan, ketinggian, derajat, dan apapun yang telah dicurahkan Penguasa padanya. Syahwatnya membuatnya menolak sumbernya dan tidak mencarinya. Ia tidak berterusan dalam keadaan ini. Ia meninggalkannya dan sepenuhnya kembali dari keadaan itu. Lalu ruhnya mendatanginya dan membantunya. Ia kemudian memiliki makna-maknanya dan berbagai sir yang dengannya Allah menolongnya dan yang demikian itu tidak terbatas. Bersesuaian dengan syahwat yang ditinggalkannya, bantuan ruh dari Rabb-nya bertambah kuat. Pernikahan dan keturunannya bertambah tambah. Itulah ilmu-ilmu karunia ilahi dan amal-amal yang berasal darinya. Kenikmatannya itu sedemikian rupa hingga itu hanya bisa membuat seseorang itu menentang nafsunya dan mengenyahkannya melalui apa yang tidak disukainya, terasa berat dan dibencinya. Yang demikian itu mudah baginya karena apa yang telah disaksikannya pada berbagai cahaya, sir dan manfaat-manfaatnya.
Salam.