Cuplikan dari: https://shaykhabdalqadir.com/2006/06/17/quranic-commentary-by-shaykh-dr-abdalqadir-as-sufi/

Dalam Hadist terkenal, Rasul, sallallahu ‘alayhi wa sallam, ditanya “jika untanya tetap akan kabur, apa gunanya berbuat apapun terhadapnya?” Jawaban mahsyurnya Rasul, sallallahu ‘alayhi wa sallam, ialah, “Ikat untamu dan tawakal-lah kepada Allah.” Dengan kata lain, bertindaklah sepenuh kemampuan akalmu, dan bertawakal-lah pada Allah bahwa usahamu itu berlaku sesuai dengan apa Niatmu. Dan jika Niat itu rusak, maka halnya beralih kepada ayat lain (Al-Ankabut, 29, ayat 2):

اَحَسِبَ النَّا سُ اَنْ يُّتْرَكُوْۤا اَنْ يَّقُوْلُوْۤا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَـنُوْنَ

Artinya : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?”

Ujiannya itu seperti ketika kalian membuat pedang, engkau masukkan besinya ke dalam batu bara yang membara, lalu segera dimasukkan ke dalam air, dan hal-hal berlawanan dari kejadian-kejadian itu yang menempa besinya dan kemudian menjadikannya sebatang pedang yang mampu memotong. Takdirnya itu berarti bahwa engkau akan menjumpai ujian-ujian tersebut, dan engkau juga akan menemui pembukaan-pembukaan dan tawaran-tawaran.

Jadi, seorang pria bisa jadi kolokan ketika saatnya baik-baik. Pria lain jadi aleman* karena ia tidak bisa mengatasi ketika saatnya buruk. Mukmin yang kuat, tidak bingung ketika saatnya baik. Ibn Atha’illah berkata dalam kitab Hikamnya, “Hari-hari ujian ialah hari raya Eid bagi para Sufi.” Itu bermakna Allah sedang memperhatikanmu, Ia sedang membentukmu, Ia menyiapkanmu, Ia sedang me’masak’mu! Ia telah memberimu bentuk ini dan terdapat bimbingan padanya. Si Mukmin meraih bimbingan petunjuknya, dan si jahil tidak mengambil petunjuknya. Perbedaan antara si Mukmin dan si kafir ialah: keduanya sama-sama tahu, hanya saja si Mukmin tahu bahwa itu berasal dari Allah dan ia menerima bahwa itu berasal dari Allah. Alhamdulillahi ala kulli Hal. Segala puji hanya bagi Allah di setiap keadaan, yang tidak hanya ketika segalanya baik! Apapun yang terjadi, di setiap keadaan. Alhamdulillah. Maka dia (si Mukmin) memiliki satu kesetimbangan batin.


 

Catatan :

*) alem, alem·an a cak manja; kolokan