Ketidakadilan pada akhirnya akan menghancurkan dia yang melakukannya jika akhir masanya tiba, karena hal itu tampak kepada orang banyak bahwa dia sengaja melakukannya. Maka mereka membunuhnya karena kesalahan yang tampak padanya. Demi Allah, saya terbiasa berpikir bahwa khalayaklah yang membenci diri saya, berpikir bahwa saya ini bodoh, menganggap saya kecil, merendahkan saya, menghina saya, menganggap saya jahil, dan tidak mampu mengenali nilai keberadaan saya. Ketika Allah membuka mata batin saya dan mencemerlangkan sir saya karena karunia dan kelapangan-Nya, saya kemudian menyadari bahwa nafsu sayalah yang telah melakukan itu semua kepada saya dan bukan seorang lain pun. Saya membaca sejumlah besar ayat yang menunjukkan hal ini. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Surat Ar-Rad ayat 11), “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia Itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” (Surat Yunus ayat 44), “Dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (Surat An-Nisa ayat 79) dan sebagainya. Ketika saya menyadari ini, saya melihat bahwa dia yang melakukan ketidakadilan ialah diri saya sendiri, dan saya tidak melihatnya sebagai sesuatu yang datang dari orang-orang lain. Begitulah adanya sehingga ketika seseorang datang menemui saya untuk mengeluhkan siapapun, kami melihat bahwa ketidakadilan hanyalah berasal dari dirinya sendiri. Kami tidak melihat bahwa itu berasal dari arah yang lain.

Semoga Allah memberkahi kalian! Ketahuilah, saat engkau mengenali nilai keberadaanmu dan hakikat tingginya derajat kedudukanmu maka segala sesuatu pada kehidupan, mengenali pula nilai keberadaanmu dan tingginya derajat kedudukanmu. Jika kalian tidak menyadarinya, maka kehidupan juga tidak mengenalinya dan tidak mengenali nilai keberadaanmu sama sekali. Ini karena nafsumu sendiri, faqir, sejauh mana ia mengenali atau jahil, pelaku kebaikan atau jahat, pada hakikatnya seluruh semesta itu bersama dengan ia yang memiliki pengenalan, bukan bersama dia yang kharab*). Engkau hanya melihat semesta yang disaksikan oleh semua orang. Engkau juga melihat bahwa semestalah yang menyakitimu padahal hanya nafsumulah yang menyakitimu. Demi Allah, jika engkau mampu mengatasinya -atau kami dapat katakan, membunuhnya- maka engkau akan mampu mengatasi semua makhluk ciptaan, besar dan kecil. Allah-lah yang berkuasa atas perkataan kami ini.
Salam.

 


Catatan :

*) kha·rab a rusak; binasa; musnah