https://shaykhabdalqadir.com/address-to-dallas-college-students/

Oleh Shakyh Dr. Abdalqadir as-Sufi Media
Diunggah 11 Maret 2016


Dr. Ian Dallas, pendiri Dallas College – sebuah kolese setara perguruan tinggi yang mengajarkan studi kemasyarakatan di Cape Town, Afrika Selatan – menyampaikan sebuah sambutan kepada para pelajarnya di tempat tinggal beliau pada tanggal 27 Februari 2016. Salinan dari sambutan Dr. Dallas sebagai berikut ini.

Allah berfirman di Surat An-Nur (24: 35-38):

35. Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

36. Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang,

37. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan salat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.

38. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.

Selamat datang. Saya ingin bertemu kalian karena saya tak berkesempatan bertemu sebelumnya, dan karena ingin mengenal siapakah kalian. Saya ingin menyampaikan beberapa anjuran.

Perkara belajar itu adalah sebuah hal yang amat sulit karena belajar itu bukanlah sekedar menyerap pikiran-pikiran yang telah dipercayai sebelumnya. Maksud saya jika kalian mengikuti Dr. Ali [direktur Dallas College] menuju suatu arah, jika kalian mengikuti nalarnya maka bisa saja ia membawa kalian sepenuhnya menuju ke situ, dan jika kalian mengikuti Kareem [Maliki, salah seorang pengajar di Dallas College; lulusan Dallas College] dia dengan cemerlangnya bisa membawa kalian menuju ke arah yang sama sekali berlawanan, dan pada kesudahannya tidak ada titik temu antara keduanya, sesuatu yang tidak masuk akal karena rahasia sebenarnya dari kepemimpinan adalah kemampuan menjalin hubungan dengan setiap orang, mampu merangkul semua orang. Karenanya perihal belajar bukanlah bersama guru ini atau guru itu, dan bukan juga dengan pengumpulan informasi, karena seorang guru bisa saja menyusun informasi sedemikian rupa sehingga kalian mengira bahwa itulah perihalnya, padahal bukan – itu bisa jadi hanyalah sebuah sudut pandang. Serupa pula bahwa tidak ada yang namanya ‘begitulah apa adanya seluruh perihalnya’, bahwa itulah ‘yang benar’. Karena itu berada di sebuah kolese bisa dikatakan bahwa kalian berada di sini sendirian [bergantung pada dirimu sendiri]. Kalian sendiri dan kalian harus menyadarinya, sebagaimana adanya bahwa jika kalian pergi terlibat di dunia maka kalian itu sendirian dan kalian harus mampu memahaminya.

Lupakan buku-buku sejarah. Jika kalian memperhatikan televisi, dari apa yang bisa kalian peroleh dari televisi, sangat jelas bahwa kepada kalian disajikan tampilan yang secara mendasar, secara intuisi diri kalian sendiri sebagai insan, bahwa itu adalah sebuah dusta, suatu omong kosong/sampah. Kalian melihat pemilu di sebuah bangsa besar untuk menentukan siapa yang harus menjadi pimpinan mereka, namun itu tidak berjalan dengan baik. Apapun struktur sosialnya, kalian butuh sebuah struktur sosial yang bisa berjalan. Dan apa yang harus kalian tanyakan pada diri kalian sendiri adalah, ‘Bagaimanakah struktur sosialnya dimana saya bisa berfungsi dan yang padanya tak seorangpun bisa memaksaku harus berpikir apa?’ Dari sinilah berlanjut bahwa tak ada seorangpun yang bisa kalian paksa berpikir sama seperti dirimu. Dan pada saat yang sama kalian harus menemukan kesamaan yang ada yang menghubungkan kalian sehingga kalian tidak akan sendirian.

Jika kalian memperhatikan buku saya yang baru saja diterbitkan [The Entire City, Diwan Press], di awal naskah tentang Pembunuhan di Hari Peringatan Santo Bartholomew – the St. Bartholomew’s Day Massacre – ketika seluruh debatnya sedang berlangsung, maka penulisnya [Marlowe, Christopher – The Massacre at Paris, 1593, sebuah naskah drama atas peristiwa pembunuhan yang terjadi saat perayaan hari St. Bartholomew di Paris pada tahun 1572] menyatakan, ‘Saya pikir betapa mengejutkan bahwa seorang pria Perancis ternyata tidak memiliki suatu kesamaan apapun dengan seorang pria Perancis lainnya, tetapi ia memiliki sebuah kesamaan dengan mereka yang agamanya sama’. Dengan kata lain mereka terhubungkan melalui agama mereka. Dan itu adalah perihal yang sama hari ini. Pada dasarnya yang kini ada adalah sebuah komunitas ateis yang pada umumnya tak lagi beriman kepada suatu apapun. Yang mereka miliki adalah suatu warisan atau sebuah kenangan dari sesuatu yang merupakan agama awalnya. Ini berlaku bagi mereka yang kakek-neneknya Muslim dan mereka yang kakek-neneknya kristen.

Kalian harus mulai berpikir secara mendalam tentang keyakinanmu dan kalian harus membuka diri kalian kepada orang-orang yang tidak memiliki keyakinan yang sama dengan kalian. Kalian tidak boleh membarikade mereka atau memutuskan diri kalian dari mereka. Kalian harus terbuka kepada mereka, dan pada saat yang sama mereka tidak boleh memenjarakanmu. Jika mereka memenjarakanmu dengan sebuah ide atau memenjarakanmu dengan sebuah teologi maka kalian kembali berada di kurungan jebakan yang sama. Apa yang kami bicarakan ini adalah pentingnya pribadi seseorang itu, bahwa apa yang diyakininya dan apa yang dia pilih untuk bergantung itu tak boleh dirintangi, tak seorang pun boleh merebut itu darinya dan tak seorang pun boleh memaksakan padanya segala sesuatu nilai keyakinan selain yang telah diyakininya. Ini adalah perkara yang besar. Ini membebaskan dan pada saat yang sama sebuah peringatan bagi kalian semua bahwa kalian haruslah menemukan kenyataan hakikat diri kalian seraya hidup bersama di antara saudara-saudara kalian, kalian harus hidup bersama dengan mereka, kalian harus bekerja sama dengan mereka, kalian harus membimbing mereka, kalian harus menasihati mereka, kalian harus mendengarkan, dan jika orang-orang itu menasihatimu dan membimbingmu, kalian tidak boleh menolaknya hanya karena mereka itu orang lain. Apakah kalian mengikuti apa yang saya katakan?

Pada saat ini di Afrika Selatan sedang berlangsung sebuah krisis struktural, dan liputan media atas kisah apa yang sedang terjadi tidak menyatakan seperti apa adanya. Jika kalian memperhatikan seluruh aparatnya dan kalian meneliti sebuah negeri lain misalnya Rusia kalian dapat menemukan model yang sama dan melihat betapa mengerikannya itu, betapa mengerikannya kelompok politikusnya, kalian bisa menolak kelompok politikusnya, kalian bisa menolak khalayak yang menyampaikan ide-ide, hanya saja ternyata kalian berada bersama-sama di dalam kapal yang sama. Jika kalian meneliti negeri lain, Itali misalnya dengan budayanya yang amat kaya, sejarah dan sastranya, kalian juga akan mendapati hal yang sama dengan orang-orangnya. Khalayak terpelajar dan lurusnya mampu memberitahu kalian mengapa negerinya tidak tahu apa yang sedang terjadi. Kalian harus menyadari bahwa kalian harus mencari orang-orang yang seperti itu dimana kalian bisa berbagi pengalaman bagaimana rasanya hidup bersama mereka, dan menerima mereka. Untuk sekedar bisa menerima yang lain itu amat-amat sulit, apalagi bagi mereka yang pandai dan cemerlang di antara kalian karena kalian merasa sudah tahu. Dan mereka keliru. Jadi kalian harus menyadari bahwa ketika kalian menjumpai sesuatu yang kalian ketahui dalam hatimu bahwa itu salah, maka kalian harus teguh yakin dan tidak membiarkan seseorang merusaknya atau seseorang memaksamu mempercayai apa yang mereka percaya, untuk mengikuti apa yang mereka ikuti, melakukan apa yang mereka lakukan. Dengan kata lain pada keadaan itu kalian seakan apolitis atau kalian seluruhnya politis, karena pada saat itu juga kalian akan mendapati orang-orang lain yang akan berkata, ‘Saya ikut bersamamu.’ Kalian bisa membuka tangan kalian kepada mereka dan menerima mereka. Kalian akan dapati bahwa kalian terkumpulkan bersama pria-pria berkualitas dan pria-pria yang amanah yang disebut Ibn Khaldun sebagai Asabiyya, sebentuk persaudaraan yang lebih tinggi dari persaudaraan [karena keturunan], dan itu bisa saja terjadi. Di saat kalian mengerti bahwa itu bisa terjadi maka segala sesuatunya terbuka.

Kalian berhadapan langsung dengan masalah-masalah di mana kalian berada dan apa yang kalian rencanakan untuk dilakukan. Jika kalian memikirkan sesuatu yang disebut sebagai karir, maka kalian tidak boleh terjebak. Seseorang menghabiskan seluruh hidupnya mempelajari ekonomi dan pada saat ia akhirnya menguasai ilmu itu ia dapati seluruh sistem keuangan runtuh, sistem mata uangnya runtuh, dan ia tak lagi bisa berbuat apapun. Kalian bisa saja memiliki ide terstruktur bagaimana suatu
masyarakat itu harus diorganisasi, hanya saja sekali lagi karena kalian tak peduli/menghargai bagaimana sebuah masyarakat terbentuk dengan segala struktur dan segala kontradiksinya, maka hal itu akan segera menjungkalkanmu. Maka itu semua kembali kepada diri-diri kalian, kembali kepadamu, kembali kepada siapakah dirimu dalam pandanganmu sendiri hanya saja saya tidak berbicara tentang subjektivitas. Saya sedang membicarakan esensi sejati dari identitasmu. Ini bukan sesuatu yang bisa kalian jelaskan atau utarakan dalam sebuah cara yang akan memuaskan.

Pria yang gambarnya terpampang di dinding itu, Earl dari Essex [Pangeran Essex kedua, Robert Devereux, 1565 – 1601, tokoh utama dalam buku karya Dr. Ian Dallas berjudul The Interim is Mine], butuh waktu sepanjamg hidupnya untuk mengenalinya. Di saat ia mengenalinya ia segera bertindak, dan secara tiba-tiba dari seseorang yang paling populer dan dihormati di negerinya, dia dijauhi. Earl Essex itu berusaha membangun sebuah masyarakat dari insan-insan yang memiliki sebuah ikatan bersama yang merupakan bagian dari keinsanan mereka. Ia ditangkap dan kepalanya dipancung. Begitulah akhir dari dirinya. Namun itu bukanlah akhir ceritanya. Terdapat orang-orang di dalam pelajaran yang kalian pelajari yang telah berusaha di zaman ketika mereka hidup untuk memahami dunianya, karenanya kalian harus bersungguh-sungguh mempelajarinya. Kalian bisa saja tidak setuju dengan mereka. Misalnya, saya bisa berbicara berjam-jam dengan Kareem tentang Tolstoy [seorang bangsawan Rusia, 1828 – 1910, dianggap penulis terbesar sepanjang sejarah], dan saya tahu pendapatnya yang tak begitu menyukainya dan pandangan saya yang sebaliknya, hanya saja ada sebuah persepsi atas Tolstoy yang tidak dapat kalian tolak, yang dapat kalian kenali dan terus sampaikan. Dengan kata lain, kalian akan bertemu dengan kepemimpinan dan insan-insan politik yang berusaha memaksakan keadaan sesuai kehendak mereka, dan ketika mereka melakukan itu itu tidak bisa berjalan. Namun kadang kala orang-orang itu benar, dan ini harus kalian ingat, dan sekali saja kalian benar maka kerja mereka itu tidak berhenti, kerjanya berlanjut. Jika kalian benar, temukan konfirmasinya dalam pelipuran bersama yang lain. Ini ada di dalam Al-Qur’an, dan kalian dapat menemukannya pada tafsir Shaykh ibn ‘Ajiba tentang ashabul kahfi (para pemuda penghuni gua) yang dibangunkan di sebuah dunia dimana segala sesuatu yang mereka ketahui sudah punah berlalu. Hilang begitu saja, dan mereka harus memulai dari awal lagi. Mereka harus pergi keluar. Mereka tahu kebenaran tentang Allah namun mereka mereka tak bisa memulainya karena di luar gua orang-orangnya memakan segala jenis makanan, melakukan segala jenis usaha, dan yang merupakan segala jenis orang, namun mereka harus keluar menemui orang-orang itu dan menjadi bagian dari khalayak itu. Tafsir Ibn ‘Ajiba adalah petunjuk terbaik yang bisa kalian peroleh sepanjang waktu kalian berada di sini. Dan itulah pesan saya.

Terserah kalian. Saya tak bisa melakukannya bagi kalian. Saya tidak bisa memaksakan pikiran saya kepada kalian atau apapun itu pada kalian. Dan saya harus memberitahu kalian jika orang-orang memaksakan itu pada kalian, kalian harus menolaknya dan kalian harus jujur pada diri kalian sendiri. Sebagaimana penulis di buku pertama dalam The Entire City [Harold Laski, ilmuwan politik Inggris, 1893 – 1950, karyanya Vindiciae Contra Tyrannos disyarahi oleh Dr. Ian Dallas di The Entire City] berkata, ‘Tak ada itu yang namanya penguasa.’ Ia kemudian berkata bahwa kalian akan tahu bahwa satu-satunya yang ada itu adalah berdaga*. Atas apa yang kalian ketahui di hati-hati kalian dan apa yang telah kalian pelajari dan teladani, kalian harus mengerti bahwa karenanya kalian harus berdaga, dan kepada apa kalian harus berdaga. Perhatikan surat kabar ketika mereka mengatakan apa yang harus kalian kerjakan. Seseorang Afrika Selatan yang lahir di Afrika Selatan, amat berbeda dengan orang yang datang dari negeri lain, hanya saja ia dapat melakukan kesalahan yang sama, kekeliruan yang sama. Jadi apa yang sesungguhnya saya katakan adalah bahwa saya membebaskan kalian seluruhnya, dan kalian harus hidup dengan kebebasan itu. Jangan salahkan saya, dan jangan salahkan guru-guru kalian. Terserah kalian mau melakukan apa, di mana dan bersama siapa kalian memutuskan melakukannya. Tidak baik melakukannya sendirian. Kalian harus mencari mereka yang ruhaniahnya serupa dan berkumpul bersama mereka. Kalian harus saling tolong menolong dan saling melindungi satu sama lain, dan menerima satu sama lain. Itulah pesan sebenarnya yang saya harapkan atas Dallas College.

Dr. Dallas: Apakah itu bisa engkau terima Kareem? (Pengajar)
Kareem: Saya rasa itu sungguh-sungguh melampaui segala harapan saya.

Saya memiliki suatu keyakinan besar bahwa dari antara kalian akan muncul pemimpin-pemimpin dan orang-orang yang akan membimbing orang lain, khalayak yang akan melindungi mereka dan mendukung mereka, khalayak yang akan menasihati mereka, hanya jangan, jangan, jangan pernah menyerah atas kebenaran yang ada di hatimu. Jika kalian terus berlaku dengan perilaku yang membuat orang-orang itu selalu menentangmu maka ada dua kemungkinan: satu bahwa mereka benar dan kalian salah, jika demikian maka itulah adanya. [Yang kedua] Hanya saja bisa saja bahwa kalian belum memahami sesuatu tentang diri sejatimu sendiri. Untuk itu kalian harus menemui seseorang yang akan memberimu bimbingan tentang dirimu sendiri sehingga kalian tidak hanya mempedulikan opinimu sendiri dan opini orang tua kalian dan siapa mereka itu dan bagaimana mereka itu, maka hanya itulah yang tersisa.

Saya membebaskan kalian dan pada saat yang sama kalian itu sendirian, dan di saat yang sama kalian harus membina persaudaraan. Bangun persaudaraan, lakukan itu dengan saling melindungi dan kalian harus berdaga. Apa-apa yang kini sedang berlangsung di dunia ini sungguh menuntut untuk berdaga lebih dari sebelumnya. Belum pernah ada zaman dimana hilangnya nalar dan tak bernilainya segala sesuatu yang penting [dan dibutuhkan] telah mendominasi pemikiran, pengajaran dan perilaku, karenanya kalian harus berdaga. Kalian harus berkata, ‘Tidak! Bukan ini’. Kalian akan memperoleh sukses, dan Allah akan memberi kalian sukses, Allah akan memberi kalian sahabat-sahabat yang baik, dan Allah tidak akan membiarkan kalian sendirian melainkan selalu bersama khalayak yang lain.
[Semoga] Allah memberi kalian sukses, Allah memberi kalian kemenangan, dan yang yang paling utama kemenangan atas diri-diri kalian sendiri. Setelah menghadapinya, jangan kemudian kalian berpikir bahwa hanya kalian saja yang memiliki jawabannya.

Kita baca Al Fatiha.

 


Catatan:
*) Dari kamus besar bahasa Indonesia: Daga adalah perbuatan menentang (perintah dan
sebagainya).
http://dallascollege.co.za/