Dari The Entire City karya Dr. Ian Dallas (Shaykh Abdalqadir as-Sufi, rahimahullah) halaman 347-348.
Isyarat:
Lima sifat ahli Sufi yang ditunjukkan dalam ayat-ayat tersebut: [Tafsir Shaykh Ibn Ajiba atas Surat Al Kahfi, terjemah oleh Shaykh Habib Bewley]
- Menghindari berbantahan dan perselisihan, kecuali dalam bentuk diskusi dan debat untuk menghadirkan kebenaran. Ini harus dilakukan tanpa cekcok dan saling teriak, melainkan dengan kelembutan, kata-kata santun, dan semangat kebaikan.
- Meminta fatwa kepada hati setiap kali urusannya muncul. Rasul, sallallahu ‘alayhi wassalam, bersabda, “Carilah fatwa pada hatimu bahkan jika para mufti sudah menyampaikan fatwanya, karena kebaikan itu ialah apa yang hati menjadi tenteram dan tenang, sedang kejahatan ialah apa yang membuat hati tertegun dan tak tenang.” Hati yang dimaksud di sini, hati yang diajak berembuk, ialah hati-kalbu yang telah dibersihkan dan jadi berpendar melalui zikir pada Allah, yang telah menafikan dan meninggalkan segala selain-Nya. Hati yang demikian hanya terasa bening dan tenang di hadirat kebenaran, berbeda dengan hati-kalbu yang terjebak cinta duniawi dan hasrat serta godaannya – hingga hanya memberi fatwa yang sesuai hasrat dan syahwatnya.
- Berserah diri pada Takdir Allah, mempersembahkan pengaturan urusannya pada-Nya dan rida atas berbagai Takdir-mu yang hadir menimpamu. Dengan kata lain, engkau tidak membuat rencana atau memutuskan untuk melakukan apa pun tanpa mengakui bahwa itu semua atas Kehendak Allah – engkau melihat apa yang Allah lakukan padamu. Ketika seorang berakal terbangun, dia menyaksikan apa yang Allah akan lakukan pada dirinya, sedang dia yang jahil melihat apa yang bisa dia lakukan bagi dirinya sendiri, sebagaimana dikatakan penulis Al Hikam.
- Memenuhi waktumu dengan zikir dan tafakur hingga engkau menarik diri sepenuhnya dari segala selain Yang Diingati. Allah berfirman, “Ingatlah Rabb-mu jika engkau lupa” [Surat Al Kahfi ayat 24] Yaitu jika engkau sudah melupakan segala sesuatu selain-Nya maka engkau sudah menjadi dia yang benar-benar mengingati. Mengingati yang sahih itu ialah yang membawamu meninggalkan dirimu, dari menyaksikan bentuk dan inderamu sendiri, hingga tiba di suatu derajat dimana ketika engkau berbicara, maka Kebenaran-lah yang bicara, karena begitu sempurna tajrid-pelepasanmu. Ini disaksikan secara langsung oleh mereka yang telah menjumpai seorang Shaykh Mursyid dan menjalin hubungan akrab dengannya.
- Berusaha terus maju dan bertambah dalam petunjuk lurus dan keyakinan. Tiap kali dia mencapai satu makam, dia berusaha mencapai makam yang lebih tinggi dari makam itu, karena tak ada akhir dari ilmu-Nya dan kemuliaan-Nya. “Dan katakanlah, ‘Mudah-mudahan Rabb-ku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenaranya) daripada ini.”” [Surat Al Kahfi ayat 24] Segala keberhasilan karunia Allah.