Pengajaran melalui saling menasehati di antara ahli tarekat, semoga Allah meridai mereka! adalah salah satu urusan yang sangat penting. Tidak ada yang meninggalkannya kecuali dia yang jahil atas ketinggian nilainya. Shaykh dari junjungan kami, Sayyidi al-‘Arabi ibn ‘Abdillah, semoga Allah rida padanya! biasa berkata, “Anggur-nya ahli tarekat adalah berada dalam hadra (zikir bersama sambil berdiri). Anggur kita adalah hadra (perkataan atau pengajaran saling mengingatkan).” Perkataan lain beliau adalah, “Saling menasehati di antara dua orang lebih baik dari pada mengangkut dua beban berat” sebagaimana yang biasa dilakukan dan dimiliki khalayak. Kami tidak suka jika saudara-saudara kami berdiam diri di saat saling mengingatkan. Kami benar-benar tidak suka karena sungguh-sungguh tidak ada manfaatnya untuk membisu di saat itu. Manfaat diperoleh dengan tidak berdiam diri pada saat itu karena makna-makna bergerak melalui perkataan hingga perkataan itu membawa dia yang menggenggamnya menuju hadirat ilahi Rabbi.
Cukup jelas bahwa anak ayam terlahir setelah induknya mengerami telur. Seperti itu pula dengan para shaykh tarekat, semoga Allah meridai mereka. Ilmu-ilmu yang mengalir kepada para pengikutnya, hanya muncul kepada mereka setelah melalui adanya pencarian mereka dan digoreskan dan diuji pada batu ujinya. Pertanyaan memunculkan jawaban, dan jawaban mencari pertanyaannya. Demikianlah itu hingga seseorang sampai diketibaan.
Suatu hari di saat kami sedang melakukan pengajaran dengan saling mengingatkan di Fes al-Bali, beberapa saudara yang hadir bersama kami membisu dan tidak berbicara sama sekali. Saya berkata kepada mereka, “Bicaralah kepada kami atau tinggalkan kami!” Mursyid kami tidak menyukai jika ada fuqara yang berdiam diri di waktu saling mengingatkan. Beliau merasakannya sebagai beban berat dan memalukan sedemikian rupa hingga pengaruhnya nampak di wajahnya, semoga Allah rida padanya. Ia biasanya lalu membaca kalam Allah Yang Mulia, “Dan jatuhlah perkataan (azab) atas mereka disebabkan kezaliman mereka, maka mereka tidak dapat berkata (apa-apa).” (Surat An Naml ayat 85) Beliau juga berkata, “Dia satu-satunya yang tidak berbicara di waktu saling menasehati adalah dia yang qalbunya seperti sebuah rumah gelap penuh berisi kelelawar. Sedangkan dia yang qalbunya terbebas dari kelelawar, dia tidak membisu. Dia berbicara dan mengeluarkan apa yang ada di dalamnya ke tengah-tengah majelis, menempatkannya, tidak peduli indah atau buruk. Sedang dia yang tidak mengeluarkan yang indah atau yang buruk, menyimpannya di dalam dirinya dan merasa sangat malu untuk mengeluarkannya. Dia itulah yang tidak akan disembuhkan dari penyakit-penyakitnya. Dia telah menipu dirinya sendiri padahal sedang berada di hadapan tabibnya. Allah berkuasa menyembuhkan setiap orang sakit melalui karunia kedermawanan demi derajat kedudukan kekasih-Nya Rasul salallahu ‘alayhi wassalam, dan keluarganya dan Para Sahabatnya.”
Salam.