Dengar, fakir! Ada seseorang tertentu yang senantiasa berkumpul bersama kami selama delapan tahun. Kondisi urusannya bersama kami ialah terkadang cintanya pada kami amat kuat dan terkadang melemah. Ini selalu terjadi selama waktu tersebut. Suatu hari ketika kami sedang bersamanya, kami sampaikan padanya suatu pengajaran hati yang menembus ke inti hatinya, dan Allah Maha Tahu atas Gaib-Nya. Karena hal itu ia menjauhkan diri dari berbagai urusan duniawi dan menjadi amat cenderung kepada kami. Lalu tiba-tiba berbagai makna mendatanginya dengan pasukan besarnya. Dia belum pernah memiliki pengalaman dengan semua itu, sehingga mereka semua berbondong padanya dan bertumpuk-tumpuk hingga dia menyangka bahwa dia merasa bahwa tidak ada seorang pun di muka bumi yang lebih alim darinya saat itu. Dia bersegera mendatangi kami menceritakan apa yang telah dipelajarinya, karena kami tinggal cukup berjauhan. Setelah dia bercakap pada kami dan kami menyampaikan jawaban padanya, dia menolak perkataan kami dengan kasar dan kemarahan. Itu terjadi di sebuah majelis kumpulan saudara-saudara, semoga Allah meridai mereka. Itu bukanlah kebiasaannya bersama kami sebelum ini, maka kami memaafkannya. Namun ia terus mengintimidasi kami dengan ilmunya itu. Baginya kami seakan-akan seorang perampok yang berada di hadapan kelompoknya. Kami tidak menerima apa yang dikatakannya kecuali sebagian darinya yang menurut kami benar dan tidak terbantahkan. Ketika dia telah selesai berkata-kata, dia pergi meninggalkan kami menuju ke sekelompok saudara yang memiliki niat baik dan kasih tulus pada kami. Hanya saja kondisi mereka itu lemah, dan tidak berdaya selain ilmu tersebut. Dia menggoyahkan niat mereka, dan mencabut kasih tulus mereka, dan hampir-hampir mengeluarkan mereka dari Tarekatnya.

Semoga Allah mengasihinya, dia berharap menggerakkan kami dari kondisi tajrid ke kondisi berikhtiar dengan sarana kehidupan. Kami katakan padanya, “Jika kami kembali kepada apa yang engkau inginkan kami kembali, kami akan sempurna di kembalinya kami itu sebab kami semua telah mengenali sisi ini dan sisi itu. Namun perihal dirimu, engkau harus menjauh dari yang inderawi, karena jika tidak maka ia akan menguasaimu sebagaimana ia telah menawan banyak sahabatmu, yang beberapa bahkan memiliki kondisi lebih kuat dari kondisimu. Ini benar-benar sepenuhnya diperlukan jika engkau ingin dirimu selamat.

Dengarkan apa saya katakan padamu dan pegang teguh, dan jangan memegang yang selainnya. Semoga Allah membimbingmu! Saudaraku, yang inderawi itu amat dekat padamu karena engkau hanya mengenali itu saja. Demikian pula, mereka yang awam, atau sebagian besar mereka, mengenali yang inderawi dan tidak mengenal makna-makna atau Jalan setapak menujunya. Kini, jika engkau mengidamkan makna-makna itu, maka menjauhlah dari yang inderawi sebagaimana kami telah menjauh darinya. Lepaskan itu sebagaimana kami telah melepaskannya. Lawan itu sebagaimana kami telah melawannya. Bersafarlah sebagaimana kami telah bersafar. Saudaraku, jika engkau mengidamkan yang inderawi, maka engkau tidak mengidamkan maknawi dan hatimu tidak tersampir pada mereka karena apapun yang tumbuh mengecil di yang inderawi tumbuh besar di yang maknawi. Apapun yang tumbuh lemah di yang inderawi tumbuh kuat di maknawi, dan apapun yang tumbuh kuat di inderawi, tumbuh lemah di maknawi.” Dia tidak menerima perkataan kami. Lalu yang inderawi melucutinya dari berbagai makna yang telah mendatanginya dalam berbagai susunannya, seperti yang telah kami peringatkan. Dia tidak lagi memiliki apapun. Allah penjamin perkataan kami.

Salam.