Kondisi lahiriah sang fakir yang engkau lihat tak terhindarkan ialah kondisi batinnya sebagaimana dikatakan oleh Ibn ‘Ata’allah di kitab Hikam: “Segala sir tak terlihat yang disimpan di gudang harus tampak di alam terlihat perwujudan lahiriah.” Fakir, terkadang kami melihat kalian cenderung kepada khalayak lahiriah, dan kadangkala kepada ahli batin, terkadang engkau menghadap ke keduanya dan terkadang berpaling dari kedua arah itu. Kadang-kadang engkau bersemangat, dan kadangkala engkau malas dan kendur. Kadang-kadang engkau menerima kebenaran dan kadangkala engkau menolaknya, dan sebagainya.
Kami perhatikan bahwa perkataanmu ialah perkataan para Sufi, semoga Allah meridai mereka, hanya saja pada saat yang sama syahwatmu bermain denganmu. Begitu terus. Kondisimu menyedihkanku, dan aku ingin menawarkan nasehat bagimu. Tujuanku ialah agar dirimu bertobat kepada Rabb-mu dari berbagai syahwat yang menggodamu. Engkau harus meneladani dia yang menyerumu kepada Rabb-mu tanpa keraguan. Sedang mengenai keterikatanmu pada semua orang, tak ada kebaikan padanya karena Allah Ta’ala berfirman, “Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. Al-An’am 6: Ayat 116).
Tidak ada keraguan bahwa keselamatanmu, keselamatanku, dan keselamatan semua orang ada pada meneladani khalayak ahli Sunah Muhammad. Merekalah kumpulan yang dimaksud dalam hadits Nabi sallallahu ‘alayhi wasalam, “Tangan Allah bersama jamaah,” karena tidak ada keraguan bahwa itu didasari oleh bai’at janji setia kepada Allah. Jika hanya ada sedikit jumlahnya, tetaplah mereka itu banyak adanya. Kumpulannya bisa jadi hanya ada satu orang yang kakinya teguh berada di Sunah Rasulullah, sallallahu ‘alayhi wasalam, lahiriah dan batiniahnya. Kumpulan banyak orang bukanlah jamaah yang tepat jika tidak didasari Sunah Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasalam. Seseorang itu bisa jadi satu jamaah jika kalbunya didasari kalbu Nabi Allah Ta’ala Sayyiduna Ibrahim, alayhi wasalam, sebab Allah Ta’ala berfirman di KitabNya, “Sungguh, Ibrahim adalah seorang umatan (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah..” (QS. An-Nahl 16: Ayat 120).
Salam.