Tidak diragukan bahwa segala urusan tersembunyi di segala lawannya. Menemukan di kehilangan, pemberian di menahan, perkasa di kehinaan, kaya di miskin, kuat di lemah, lapang di sempit, naik di turun, hidup di mati, menang di kalah, kuasa di lunglai, dan sebagainya. Siapapun yang ingin menemukan harus rida dengan kehilangan. Siapapun yang ingin perkasa harus rida dengan kehinaan. Siapapun yang ingin kaya harus rida dengan miskin. Siapapun yang ingin kuat harus rida dengan lemah. Siapapun yang ingin lapang harus rida dengan sempit. Siapapun yang ingin naik harus rida dengan turun. Siapapun yang ingin hidup harus rida dengan mati. Siapapun yang ingin menang harus rida dengan tiada daya.
Singkatnya, siapapun yang menginginkan kebebasan haruslah rida dengan kehambaan sebagaimana Nabinya, sang kekasih, dan junjungan kita, salallahu ‘alayhi wassalam, yang rida dengan hal itu. Dia harus memilih sebagaimana pilihan Nabi salallahu ‘alayhi wassalam. Dia tidak boleh angkuh atau sombong dan berlebihan dalam sifat-sifatnya, karena si hamba itu hamba dan Rabb adalah Rabb. Shaykh Ibn Ata’allah berkata di kitab Hikam, “Dia (Allah) melarangmu mendakwakan tuntutan pengakuan atas segala perkara yang bukan milikmu, bahkan atas berbagai kepemilikan makhluk ciptaan-Nya. Maka bagaimana mungkin Dia akan membiarkanmu mendakwakan tuntutan pengakuan atas sifat-Nya sedang Dia-lah Rabbal Alamin?” Para ahli Tarekat, semoga Allah meridai mereka, berkata, “Tarekat kita ini hanya berguna bagi orang-orang yang menyapu tumpukan sampah dengan arwah mereka.”
Salam.